Nama Kapal Dewi Iriana dan JKW Mahakam Jadi Sorotan di Tengah Polemik Tambang Nikel Raja Ampat

Jakarta, sustainlifetoday.com – Publik tengah ramai memperbincangkan dua nama kapal pengangkut nikel yang beroperasi di wilayah sensitif ekowisata Raja Ampat. Kapal bernama Dewi Iriana dan JKW Mahakam mendadak viral di media sosial X (dulu Twitter), memicu spekulasi dan kontroversi di tengah isu kerusakan lingkungan akibat aktivitas tambang nikel di kawasan yang dikenal sebagai surga bawah laut dunia.
Tagar #SaveRajaAmpat kembali memuncak, seiring dengan penyebaran data dan foto kedua kapal oleh beberapa akun populer seperti @HukumDan dan @VDSyst3msX (Xerathvox).
“Mau tau sesuatu yang sangat membagongkan? Kapal pengangkut nikel itu bernama DEWI IRIANA dan JKW MAHAKAM… Bejat se-bejat-bejatnya!” tulis akun @VDSyst3msX dalam unggahan pada Minggu (8/6).
Unggahan tersebut telah dibagikan ulang lebih dari 14 ribu kali dan mendapat ratusan komentar, sebagian besar mempertanyakan etika penamaan kapal dengan nama-nama yang menyerupai tokoh penting nasional, seperti Ibu Negara dan Presiden.
Baca Juga:
- Muhammadiyah Terus Dorong Gerakan Green Hajj dan Green Kurban
- KLH Dorong Edukasi Pengelolaan Sampah dalam Program Makan Bergizi Gratis
- Ramai Jadi Sorotan, Bahlil akan Segera Kunjungi Tambang Nikel Raja Ampat
Terkait Kapal Tambang Nikel
Dari data perjalanan kapal yang beredar, diketahui bahwa:
Dewi Iriana adalah kapal tongkang pengangkut hasil tambang.
JKW Mahakam 6 adalah kapal motor tunda (tug boat) yang bertugas mendampingi tongkang tersebut di perairan Raja Ampat.
Akun @gumpnhell mencoba meredam spekulasi dengan menyebut bahwa penamaan semacam ini “lumrah” di wilayah operasional tambang. Bahkan, disebutkan juga kapal lain dengan nama Megawati, hingga kapal yang konon “pernah menghancurkan rumah” di wilayah tambang lain.
Namun demikian, banyak warganet menganggap penamaan kapal dengan nama-nama yang menyerupai figur publik bisa dianggap tidak etis, apalagi digunakan untuk aktivitas yang menuai kontroversi lingkungan.
Dari hasil penelusuran SustainLife Today, kapal-kapal ini diketahui memiliki keterkaitan dengan perusahaan publik PT IMC Pelita Logistik Tbk (kode saham: PSSI). Perusahaan ini bergerak di sektor transportasi laut untuk industri tambang, khususnya batubara dan mineral.
Mengutip laman resminya, PT IMC Pelita Logistik menyatakan memiliki:
- 31 kapal tunda
- 26 kapal tongkang
- 5 kapal curah besar
- 2 unit floating crane
- 2 unit fasilitas muatan apung
Meski begitu, nama-nama kapal tidak disebut secara eksplisit di dalam daftar armada perusahaan tersebut. Tidak diketahui secara pasti apakah “Dewi Iriana” dan “JKW Mahakam 6” termasuk dalam unit milik langsung PSSI atau melalui afiliasi penyewa.
Menambah Sorotan Isu Kerusakan Alam Raja Ampat
Kehadiran kapal-kapal pengangkut nikel ini menjadi simbol dari polemik yang lebih besar: aktivitas tambang yang dituding merusak kawasan geopark Raja Ampat, wilayah yang sudah diakui sebagai UNESCO Global Geopark sejak 2023.
Sejumlah pengamat dan aktivis menyuarakan keprihatinan mendalam. Salah satunya, Fahmy Radhi, pengamat ekonomi energi dari UGM.
“Semua tambang harus dihentikan secara permanen di Raja Ampat. Sekalipun ada reklamasi, tetap merusak. Saya menduga ada kongkalikong antara oknum pemerintah pusat dan pengusaha tambang,” katanya.
Ia juga meminta Kejaksaan Agung untuk menyelidiki potensi konspirasi perizinan tambang di kawasan prioritas konservasi tersebut.
Hingga kini, lima izin tambang disebut aktif di wilayah Raja Ampat, meski beberapa di antaranya tengah dalam status penangguhan sementara. Namun masyarakat sipil dan komunitas lingkungan meminta pembatalan permanen, bukan sekadar moratorium.
Di tengah dorongan transparansi dan perlindungan terhadap ekosistem Raja Ampat, munculnya kapal-kapal dengan nama simbolik seperti Dewi Iriana dan JKW Mahakam justru memperkeruh citra tata kelola pertambangan Indonesia.