Menteri LH: Daerah Harus Bergerak Sistemik Atasi Sampah

Jakarta, sustainlifetoday.com — Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq, menegaskan pentingnya langkah kolaboratif dan sistemik dalam mengelola sampah, khususnya di kota-kota besar seperti Makassar yang menghasilkan lebih dari 1.300 ton sampah per hari.
Pernyataan ini disampaikan saat ia meninjau langsung TPA Tamangapa Antang, salah satu tempat pemrosesan akhir yang kini menanggung beban berat akibat minimnya pengolahan awal sampah dari hulu.
“TPA seharusnya hanya menerima residu. Jika semua sampah dibuang langsung ke sana tanpa dipilah dan diolah, sistem akan kolaps,” ujar Hanif dalam keterangannya dilansir Senin (2/6).
Meskipun mengapresiasi langkah Pemerintah Kota Makassar dalam mengendalikan dampak air lindi dan mikroplastik, Hanif menekankan bahwa penanganan tidak boleh berhenti di hilir.
Baca Juga:
- Indonesia: Isu Loss and Damage Harus Masuk Agenda Riset Iklim BRICS
- Krisis Iklim Picu Lonjakan Risiko Kanker untuk Perempuan
- KLH Serukan Idul Adha 2025 Bebas Sampah Plastik
Ia menyerukan perombakan sistem secara menyeluruh, mulai dari edukasi masyarakat, sistem pemilahan, hingga pemrosesan yang berbasis teknologi.
Hanif juga mengungkap bahwa pemerintah tengah menyelesaikan revisi Peraturan Presiden tentang Waste to Energy, yang akan menjadi dasar hukum baru bagi 33 kabupaten/kota penghasil sampah lebih dari 1.000 ton per hari. Revisi ini diharapkan mempercepat pembangunan infrastruktur pengolahan sampah modern yang terintegrasi dengan prinsip keberlanjutan.
“Kami tidak hanya membuat regulasi, tapi juga akan melakukan pemantauan harian dan bulanan terhadap kinerja pengelolaan sampah di daerah,” tambahnya.
Dengan target-target ambisius dalam Perpres No. 12 Tahun 2025 yang selaras dengan RPJMN, Hanif menilai dua tahun ke depan sebagai masa krusial. Ia menegaskan bahwa tidak ada lagi ruang untuk stagnasi dalam isu pengelolaan sampah.
“Kami akan kawal langsung. Semua daerah harus bergerak. Ini bukan pilihan, tapi keharusan,” tegasnya.