Kemenko Perekonomian: Sektor Tambang Krusial Dukung Transisi Energi Hijau

Jakarta, sustainlifetoday.com — Sektor pertambangan memegang peran strategis dalam mendukung transisi energi hijau dan ramah lingkungan di Indonesia. Hal tersebut disampaikan oleh Asisten Deputi Bidang Pengembangan Mineral dan Batubara Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Herry Permana, dalam sambutannya pada Indonesia Miner Conference & Exhibition 2025 di Jakarta, Selasa (10/6).
Menurut Herry, mineral tambang menjadi komponen vital dalam pengembangan teknologi energi terbarukan, seperti baterai kendaraan listrik dan turbin angin. Oleh karena itu, pengelolaan sektor pertambangan secara berkelanjutan menjadi kunci dalam mempercepat transisi energi di Indonesia.
“Pertambangan memiliki peran penting dalam mendukung transisi energi, terutama karena mineral dibutuhkan untuk energi terbarukan seperti baterai dan turbin angin,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa keberhasilan transisi energi dan pertumbuhan ekonomi dari sektor ini sangat bergantung pada strategi pengelolaan yang menyeluruh dari hulu ke hilir. Hal ini mencakup rantai pasok yang efisien, transparan, dan adil, serta kebijakan yang dapat diimplementasikan secara konkret.
Baca Juga:
- Tagar #SaveRajaAmpat Menggema di Medsos, Pengamat: Batalkan Izin Selamanya
- Cegah Pemborosan, Ini Tips Simpan Daging Kurban Agar Tetap Awet
- Raja Ampat, Rumah 75% Karang Dunia yang Kini Terancam Tambang Nikel
Selain mendukung pengurangan ketergantungan terhadap energi fosil, Herry menekankan pentingnya penyediaan bahan baku mineral logam primer, termasuk logam tanah jarang dan batubara, untuk memenuhi kebutuhan teknologi energi terbarukan seperti panel surya, turbin angin, dan baterai kendaraan listrik.
Lebih jauh, sektor pertambangan juga dinilai berkontribusi signifikan terhadap target pertumbuhan ekonomi nasional, yang ditetapkan sebesar 8 persen pada periode 2028–2029. Kontribusi ini datang dari berbagai aspek, mulai dari pendapatan negara bukan pajak (PNBP), ekspor, peningkatan investasi, penciptaan lapangan kerja, hingga pengembangan ekonomi lokal dan infrastruktur.
“Perlu terus didorong kolaborasi multiheliks dari pemerintah, pelaku usaha, masyarakat, akademisi, asosiasi, dan media untuk memperkuat dampak sektor ini,” kata Herry.
Ia menutup dengan menekankan bahwa industri tambang harus selaras dengan prinsip-prinsip keberlanjutan, mencakup penerapan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dan praktik ESG (Environmental, Social, Governance), serta pemanfaatan teknologi dan inovasi baru dengan orientasi ekspor.