Dapat Kurangi Emisi, HBAP Terapkan Teknologi Super Critical di PLTU Sumsel-8

JAKARTA, sustainlifetoday.com – PT Huadian Bukit Asam Power (HBAP) mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Mulut Tambang Sumsel-8 berkapasitas 2×660 MW dengan menerapkan teknologi super critical untuk menekan emisi.
PLTU ini merupakan bagian dari proyek pembangkit listrik 35.000 megawatt (MW) yang dibangun oleh PT Bukit Asam Tbk (PTBA) melalui HBAP sebagai independent power producer (IPP). HBAP sendiri merupakan konsorsium yang dibentuk antara PTBA dan China Huadian Hongkong Company Ltd (CHDHK).
Wakil Direktur Utama HBAP, Dody Arsadian, menjelaskan bahwa teknologi terbaru yang diterapkan memungkinkan pemanasan uap air pada suhu dan tekanan super critical, yang dapat mengurangi penggunaan bahan bakar batu bara dan emisi yang dihasilkan.
“Kondisi ini menyebabkan tidak adanya proses perubahan fase yang jelas (dari air ke uap) dikarenakan air selalu berada dalam keadaan superkritikal, yang artinya proses pemanasan dan penguapan terjadi secara terus-menerus,” ujar Dody dalam keterangan tertulis, dikitip Rabu (13/11).
Dody menyebut, teknologi tersebut menjadikan PLTU lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan PLTU berteknologi konvensional. Hal ini dikarenakan PLTU dengan teknologi super critical dapat menghasilkan energi lebih banyak dengan penggunaan bahan bakar yang lebih sedikit.
HBAP terus berkomitmen untuk meningkatkan kualitas operasional dan efisiensi PLTU Sumsel-8 melalui penerapan teknologi terbaru. Langkah ini sejalan dengan visi jangka panjang perusahaan untuk menjadi penyedia tenaga listrik kelas dunia yang dapat dipercaya dan mengedepankan prinsip-prinsip keberlanjutan.
“PLTU Tanjung Lalang (Sumsel-8) diharapkan dapat beroperasi lebih baik dan memberikan dampak positif yang luas bagi masyarakat, serta mendukung pemenuhan kebutuhan energi di Sistem Kelistrikan Sumatera,” lanjut Dody.
Dalam rangka menekan emisi gas, PLTU Sumsel-8 menerapkan teknologi flue gas desulfurization (FGD) untuk mengurangi emisi sulfur dioksida dari gas buang pembangkit berbahan bakar batu bara. Proses FGD mencampurkan gas hasil pembakaran dengan kapur basah (CaCO3) untuk menurunkan kandungan sulfur dioksida yang dilepaskan ke atmosfer menjadi rendah.
Selain itu, HBAP tengah mengembangkan pemanfaatan Fly Ash dan Bottom Ash (FABA) yaitu abu hasil pembakaran batu bara di PLTU Sumsel-8 untuk mendukung ekonomi sirkular dan pembangunan berkelanjutan. Saat ini, FABA digunakan sebagai bahan baku semen, serta untuk berbagai aplikasi lain seperti material bangunan, pencegah air asam tambang, dan media tanam.