BRIN Temukan Restorasi Gambut Buatan untuk Dukung Komitmen Pengurangan Emisi

JAKARTA, sustainlifetoday.com – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) telah menyelesaikan penelitian terkait mitigasi emisi lahan gambut yang berlangsung hampir setahun. Penelitian ini bertujuan mendukung komitmen Indonesia dalam National Determined Contribution (NDC).
Kepala Pusat Riset Tanaman Perkebunan BRIN, Setiari Marwanto, menjelaskan bahwa Indonesia menaikan target pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) melalui upaya mandiri, dari 26 persen menjadi 29 persen pada tahun 2030.
“Salah satu tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi pengaruh penggunaan dan kedalaman muka air tanah terhadap emisi gas CO2,” kata Setiari, Rabu (20/11).
Penelitian ini secara garis besar menemukan adanya adanya emisi CO2 dari berbagai penggunaan lahan, hubungan antara muka air tanah dan emisi CO2, penurunan gambut, regenerasi lahan pasca kebakaran, serta keragaman mikrobiologi di berbagai jenis penggunaan gambut.
“Temuan terakhir yakni kajian dinamika hidrologi lahan gambut dan hubungan dengan tingkat kerentanan kebakaran,” lanjut Setiari.
Penelitian ini dilaksanakan di Kesatuan Hidrologi Gambut (KHG) Sungai Kapuas-Sungai Durian, Kabupaten Raya, Kalimantan Barat, dengan total 7 titik lokasi pengamatan. Selain itu, ada 6 titik pengamatan lainnya di KHG Sungai Burnai-Sungai Sibumbung, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan.
“Hasilnya menemukan di Sumsel, CO2 flux meningkat seiring dengan meningkatnya kedalaman air tanah dan berfluktuasi sekitar 50-60 sentimeter, sedangkan di Kalbar C02 flux meningkat seiring dengan meningkatnya kedalaman muka air tanah,” kata Setiari.
Hasil penelitian ini mendukung temuan sebelumnya yang menunjukkan bahwa penurunan emisi CO2 terjadi ketika permukaan air tanah berada lebih dekat dengan permukaan. Namun, sifat khusus tanah gambut dapat menyebabkan hubungan ini tidak sepenuhnya linear.
Setiari juga mengungkapkan bahwa kebakaran lahan gambut mempercepat penurunan permukaan tanah (subsidence). Setiap penurunan 1 sentimeter dikaitkan dengan kehilangan karbon sebanyak 10,58 ton CO2- e/hektar/tahun atau sekitar 2,9 ton C/ha/tahun.
Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa restorasi gambut buatan lebih efektif dalam meningkatkan penyerapan karbon dibandingkan dengan regenerasi alami. Selain itu, kelembaban air tanah menunjukkan penurunan sebesar 0,10 meter kubik/meter kubik jika tidak ada hujan selama sebulan, yang menekankan pentingnya pengelolaan air untuk mempertahankan fungsi ekosistem gambut.