BEI Targetkan Pengembangan Perdagangan Karbon pada 2025

Jakarta, sustainlifetoday.com – Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan pengembangan potensi perdagangan karbon pada 2025 dengan memanfaatkan peluang besar dari pembangkit listrik berbahan bakar batu bara dalam sistem perdagangan emisi.
“Tahun depan akan ada 450 pembangkit yang kena (pembatasan karbon),” ujar Kepala Divisi Pengembangan Bisnis 2 BEI, Ignatius Denny Wicaksono dilansir pada Rabu (4/12).
BEI melalui IDX Carbon berkomitmen untuk membangun sistem perdagangan karbon yang transparan, teratur, dan sejalan dengan praktik internasional. Mekanisme yang ditawarkan mencakup lelang, negosiasi, lelang berkelanjutan (reguler), dan marketplace yang memungkinkan pemilik proyek mitigasi emisi menjual unit karbon dengan harga yang telah ditentukan.
Menurut Ignatius, saat ini terdapat dua jenis pasar karbon. Pertama adalah sistem perdagangan emisi yang ditunjuk langsung oleh pemerintah untuk membatasi emisi karbon. Tahun ini, 170 pembangkit listrik berbahan batu bara telah dikenai pembatasan karbon, dan jumlah itu akan meningkat menjadi 450 pembangkit pada 2025.
Pasar karbon kedua bersifat sukarela, di mana semua pihak dapat berkontribusi menurunkan emisi karbon. “Jadi siapa saja atau daerah mana saja bisa membuat proyek penurunan emisi. Itu bisa menjual unit karbon dan ini bisa mendorong pemerataan,” jelasnya.
Sejak diluncurkan pada 26 September 2023 hingga 22 November 2024, perdagangan karbon melalui IDX Carbon mencapai nilai Rp50,4 miliar dengan volume perdagangan mencapai 906.440 ton setara karbon dioksida (tCO2e). Harga karbon per ton tercatat Rp58.800.
Pada awal perdagangan, IDX Carbon hanya memiliki 16 peserta. Hingga 22 November 2024, jumlah partisipan meningkat 487 persen menjadi 94 peserta. Beberapa proyek mitigasi emisi karbon yang terdaftar di IDX Carbon antara lain:
- Lahendong Unit 5 dan 6 yang dikelola PT Pertamina Geothermal Energy Tbk.
- Proyek pembangkit listrik berbahan bakar gas bumi PLTGU Blok 3 oleh PLN.
- Pembangkit Listrik Tenaga Air Mikrohidro Gunung Wugul di Banjarnegara, Jawa Tengah.
Setiap tahun, proyek-proyek ini diaudit untuk mencatat penurunan unit karbonnya oleh lembaga validasi dan verifikasi.