Apa Saja Langkah Emiten di Pasar Modal dalam Menekan Jejak Karbon?

Jakarta, sustainlifetoday.com – Di tengah meningkatnya perhatian global terhadap perubahan iklim dan keberlanjutan, emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) berperan signifikan dalam mendukung ekonomi hijau. Dengan target pemerintah Indonesia untuk mencapai net zero emissions pada tahun 2060, perusahaan di berbagai sektor mulai beralih pada praktik yang lebih ramah lingkungan dan memenuhi standar Environmental, Social, and Governance (ESG).
Dalam upaya ini, BEI telah meluncurkan indeks ESG Leaders yang bertujuan untuk memberi nilai lebih kepada emiten yang menerapkan prinsip-prinsip ESG secara serius. Hal ini diharapkan dapat menarik minat investor yang fokus pada keberlanjutan dan memberikan insentif kepada perusahaan untuk melakukan inovasi hijau.
Langkah-Langkah Emiten dalam Menurunkan Emisi Karbon
Emiten di sektor energi, industri, dan kehutanan, yang termasuk kontributor terbesar emisi karbon, semakin didorong untuk mempercepat penerapan teknologi ramah lingkungan. Beberapa perusahaan energi besar di Indonesia, seperti PT Pertamina dan PT PLN, telah berkomitmen untuk mengurangi jejak karbon melalui investasi di energi terbarukan. Misalnya, PT PLN mulai mengembangkan renewable energy seperti energi surya, angin, dan biomassa sebagai pengganti bahan bakar fosil.
Selain itu, sektor perbankan juga menunjukkan peran krusial dalam pembiayaan hijau. Bank-bank di Indonesia kini semakin gencar mendukung proyek energi terbarukan, yang tidak hanya meningkatkan keberlanjutan di sektor tersebut tetapi juga mendorong perusahaan yang mereka danai untuk menurunkan emisi karbon.
Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah mengeluarkan beberapa kebijakan untuk memfasilitasi pendanaan bagi proyek-proyek berwawasan lingkungan, salah satunya melalui Green Bond atau obligasi hijau yang telah diterbitkan oleh berbagai perusahaan sejak tahun 2018.
Di tahun 2024 sendiri, Bursa Karbon Indonesia resmi diluncurkan, memberikan kesempatan kepada perusahaan untuk mengimbangi emisi mereka melalui kredit karbon. Bursa Karbon ini diharapkan menjadi ekosistem perdagangan karbon yang mendukung berbagai industri, mulai dari kehutanan, kelautan, hingga energi, dengan memungkinkan transaksi kredit karbon domestik maupun internasional. Saat ini, bursa karbon masih dalam tahap awal, namun antusiasme tinggi tampak dari beberapa emiten yang telah memulai transaksi kredit karbon untuk mencapai target emisi nol bersih.
Dengan potensi besar dalam perdagangan karbon, diharapkan perusahaan besar di sektor industri dan energi dapat mulai menerapkan langkah nyata untuk mengurangi emisi. Emiten yang berpartisipasi dalam Bursa Karbon Indonesia ini akan membeli kredit karbon sebagai kompensasi atas emisi yang dihasilkan atau berpartisipasi aktif dalam inisiatif penurunan emisi, seperti investasi dalam proyek penghijauan atau pembaruan energi di sektor energi terbarukan.
Meskipun demikian, masih ada beberapa tantangan yang harus dihadapi emiten dalam menerapkan strategi keberlanjutan. Biaya awal untuk investasi teknologi rendah emisi dan adaptasi pada sistem perdagangan karbon masih cukup tinggi.
Selain itu, kesadaran dan pengetahuan tentang ESG juga masih perlu ditingkatkan, baik di kalangan perusahaan maupun investor. Dukungan dari pemerintah dan regulator, seperti OJK dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, diharapkan dapat mendorong lebih banyak perusahaan untuk berinvestasi dalam bisnis berkelanjutan yang sekaligus mendukung target iklim Indonesia.
Para analis memperkirakan, dengan meningkatnya kesadaran dan tekanan dari regulator global, perusahaan Indonesia akan semakin menyesuaikan operasi mereka dengan prinsip ESG. Di tahun-tahun mendatang, inisiatif seperti Bursa Karbon, insentif pajak karbon, dan penguatan kebijakan ESG diperkirakan akan terus mendorong ekonomi hijau dan mewujudkan target netral karbon pada tahun 2060.