Waspada! Tren Fashion Ini Diam-Diam Menghancurkan Bumi

JAKARTA, sustainlifetoday.com – Di Indonesia, budaya fast fashion berkembang pesat, terutama dengan maraknya e-commerce dan media sosial yang terus memperkenalkan tren mode baru dalam hitungan minggu. Banyak konsumen, terutama generasi muda, terpengaruh oleh tren pakaian yang cepat berganti, mendorong mereka untuk terus membeli pakaian baru demi mengikuti gaya yang sedang populer.
Fenomena ini juga diperparah dengan kebiasaan borong baju murah di marketplace dan tren haul di media sosial, di mana influencer dan konsumen memamerkan koleksi belanjaan mereka dalam jumlah besar. Sayangnya, banyak dari pakaian ini akhirnya berakhir di tempat pembuangan sampah karena kualitasnya yang rendah dan tren yang cepat berganti.
Menurut riset dari Waste4Change, Indonesia menghasilkan sekitar 2,3 juta ton limbah tekstil setiap tahunnya, dengan sebagian besar berasal dari pakaian fast fashion yang dibuang setelah hanya beberapa kali digunakan. Ditambah lagi, survei dari Fashion Revolution Indonesia menunjukkan bahwa 60% responden membeli pakaian baru setidaknya sekali dalam sebulan, dengan alasan utama mengikuti tren dan harga yang murah.
Sebenarnya, apa itu fast fashion?
Fast fashion adalah model bisnis dalam industri pakaian yang berfokus pada produksi cepat dan biaya murah. Merek fast fashion secara terus-menerus merilis koleksi baru dalam waktu singkat, sering kali meniru tren dari peragaan busana mewah dengan harga yang jauh lebih rendah. Model bisnis ini mendorong konsumsi berlebihan karena pelanggan didorong untuk terus membeli pakaian baru yang sedang tren, meskipun pakaian tersebut sering kali memiliki kualitas rendah dan umur pakai yang pendek.
Fast fashion juga dikenal dengan dampak negatifnya terhadap lingkungan dan sosial. Produksi massal pakaian ini sering kali menggunakan bahan sintetis yang sulit terurai serta proses pewarnaan yang mencemari air. Selain itu, tenaga kerja di sektor ini sering kali bekerja dalam kondisi yang tidak layak dengan upah yang sangat rendah.
Apa dampaknya untuk lingkungan?
Industri mode adalah salah satu penyumbang terbesar polusi global. Menurut laporan dari United Nations Environment Programme (UNEP), industri fashion bertanggung jawab atas 10% emisi karbon dunia, lebih besar dibandingkan gabungan emisi dari penerbangan dan pelayaran internasional. Selain itu, produksi pakaian juga menyumbang 20% limbah air dunia akibat penggunaan bahan kimia dalam proses pewarnaan tekstil.
Sebuah studi dari Ellen MacArthur Foundation menemukan bahwa setiap tahun, sekitar 92 juta ton limbah tekstil berakhir di tempat pembuangan sampah. Ditambah lagi, Industri fashion menggunakan sekitar 93 miliar meter kubik air setiap tahunnya, setara dengan kebutuhan air minum miliaran orang.
Baca Juga:
- Konversi Hutan untuk Bioetanol, Efektif atau Berisiko?
- Benarkah Thrifting jadi Solusi Fesyen Berkelanjutan?
- Tren Gaya Hidup Zero Waste, Cocok untuk Pasangan Muda?
Menurut Dr. Jane Collins, peneliti di bidang keberlanjutan tekstil, dampak negatif fast fashion dapat dikurangi jika konsumen beralih ke praktik konsumsi yang lebih bijak.
“Jika lebih banyak orang mengadopsi prinsip slow fashion, memilih pakaian berkualitas tinggi yang tahan lama, kita bisa mengurangi jejak karbon industri fashion secara signifikan,” ujarnya.
Mengapa harus beralih ke gaya hidup tanpa fast fashion?
Beralih dari fast fashion ke gaya hidup yang lebih berkelanjutan adalah langkah yang semakin banyak dipilih oleh individu yang peduli terhadap lingkungan dan dampak sosial industri mode. Dengan mengurangi konsumsi pakaian secara impulsif, seseorang bisa berkontribusi dalam menekan produksi tekstil yang menghasilkan limbah dalam jumlah besar.
Selain itu, memilih pakaian berkualitas tinggi yang dapat bertahan lama juga merupakan bentuk investasi jangka panjang. Meskipun harga pakaian berkelanjutan cenderung lebih mahal dibandingkan produk fast fashion, ketahanannya lebih baik sehingga mengurangi frekuensi pembelian pakaian baru. Hal ini bukan hanya menghemat uang dalam jangka panjang tetapi juga mengurangi limbah tekstil.
Dari sisi sosial, menghindari fast fashion berarti turut serta dalam mendukung industri yang lebih adil. Banyak brand yang mengusung prinsip keberlanjutan memberikan perhatian lebih terhadap kesejahteraan pekerja, dengan memastikan bahwa mereka mendapatkan upah yang layak serta bekerja dalam kondisi yang lebih manusiawi.
Selain itu, mengadopsi gaya hidup tanpa fast fashion juga membantu menciptakan pola konsumsi yang lebih sadar dan bertanggung jawab. Dengan hanya membeli pakaian yang benar-benar dibutuhkan dan merawatnya dengan baik, seseorang bisa membangun kebiasaan yang lebih ramah lingkungan dan mengurangi dampak negatif dari industri mode terhadap planet ini.
Menghindari fast fashion tidak harus dilakukan secara drastis. Berikut beberapa langkah sederhana yang bisa Sustain Peeps terapkan:
- Beli Lebih Sedikit, Pilih yang Lebih Baik – Prioritaskan pakaian berkualitas tinggi yang dapat digunakan dalam jangka waktu lama.
- Dukung Brand Berkelanjutan – Pilih merek fashion yang menggunakan bahan ramah lingkungan dan praktik produksi yang etis.
- Belanja di Thrift Store – Membeli pakaian bekas atau vintage adalah cara yang baik untuk mengurangi permintaan produksi baru.
- Rawat Pakaian dengan Baik – Cuci pakaian dengan benar agar lebih awet dan tidak cepat rusak.
- Tukar atau Pinjam Pakaian – Bergabung dengan komunitas fashion swap untuk berbagi pakaian dengan orang lain.
- Daur Ulang atau Upcycle Pakaian Lama – Ubah pakaian lama menjadi sesuatu yang baru agar tidak terbuang sia-sia.
Menurut Sarah Johnson, pendiri komunitas Sustainable Wardrobe, perubahan gaya hidup ini bisa dimulai dari kebiasaan kecil.
“Menghindari fast fashion tidak berarti harus mengorbankan gaya. Dengan memilih pakaian secara lebih bijak, kita bisa tetap tampil modis sambil berkontribusi pada kelestarian lingkungan,” ungkapnya.
Mengadopsi gaya hidup tanpa fast fashion bukanlah sesuatu yang sulit. Dengan sedikit kesadaran dan usaha, kita bisa menjadi bagian dari solusi dan membantu menciptakan industri fashion yang lebih bertanggung jawab dan ramah lingkungan. Apakah Sustain Peeps masih mengadopsi fast fashion saat ini?
Baca Juga: