Setara Emisi Lalu Lintas, Gedung Perkantoran Juga Hasilkan Bahan Kimia

JAKARTA, sustainlifetoday.com – Sebuah studi baru menunjukkan bahwa pencemaran udara tidak hanya berasal dari transportasi, bahan bakar fosil untuk listrik, atau pemanas, tetapi juga dari gedung-gedung dan rumah komersial yang dapat menghasilkan emisi.
Peneliti dari Purdue University di Amerika Serikat menyatakan bahwa udara yang keluar dari gedung perkantoran di daerah perkotaan mungkin lebih tercemar daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Studi ini secara akurat mengukur Volatile Organic Compounds (VOC) atau senyawa organik yang mudah menguap di udara yang masuk dan keluar dari bangunan-bangunan perkotaan. Data ini digunakan untuk memahami bagaimana aktivitas manusia dan operasional bangunan mempengaruhi pergerakan VOC antara udara dalam dan luar ruangan.
Selain itu, dalam sebuah studi baru yang diterbitkan di jurnal Cell Reports Sustainability, tim peneliti yang dipimpin oleh Brandon Boor menjelaskan cara gedung perkantoran melepaskan bahan kimia berbahaya. Sebelumnya, banyak penelitian telah menunjukkan bahwa emisi dari lalu lintas, industri, dan sumber alami memiliki dampak besar terhadap polusi udara di perkotaan.
Karena pengaruh interaksi antara polutan udara dengan bangunan sering diabaikan, Boor dan timnya melakukan pengukuran langsung terhadap pertukaran polutan udara dari luar ke dalam ruangan di gedung perkantoran berkinerja tinggi, menggunakan instrumen kualitas udara canggih serta platform otomatisasi gedung yang mutakhir.
“Pengaruh pertukaran udara antara atmosfer dalam dan luar ruangan terhadap polusi udara perkotaan masih belum dipahami dengan baik. Juga belum sepenuhnya mengeksplorasi gedung perkantoran modern dengan sistem ventilasi yang canggih,” ungkap Boor, dikutip dari phys.org.
Hasil studi Boor menunjukkan bahwa bangunan perkotaan modern terus mengeluarkan VOC atau senyawa organik yang mudah menguap ke udara luar dan berpotensi menjadi sumber polusi.
“Berdasarkan penelitian, kami perlu mempertimbangkan pembersihan udara yang keluar dari kantor, rumah, dan sekolah, untuk mengurangi emisi VOC ke lingkungan luar ruangan,” ungkap Boor.
Pemahaman tentang polutan udara di perkotaan diperlukan untuk mengembangkan strategi dan kebijakan yang efektif guna meningkatkan kualitas udara dan mengurangi dampak negatif terhadap kesehatan manusia dan iklim.
Bangunan publik dan komersial modern kini dilengkapi dengan sistem ventilasi, pemanas, dan pendingin udara (HVAC) untuk meningkatkan kualitas udara dalam ruangan dan kenyamanan termal. Saat sistem HVAC mengedarkan udara perkotaan ke dalam bangunan, komposisi udara tersebut dapat berubah secara signifikan akibat interaksi dengan komponen HVAC, udara dalam ruangan, penghuni, dan permukaan dalam bangunan.
“Pertukaran udara yang dinamis dapat berdampak besar terhadap kualitas udara, baik dari luar ke dalam gedung maupun sebaliknya, serta pada perubahan polutan di dalam ruangan, terutama di kota-kota yang padat penduduk,” ujar Tianren Wu, penulis utama studi dan asisten profesor University of Cincinnati.
Banyak hal dapat mengeluarkan berbagai gas dan partikel kontaminan yang dapat langsung dibuang ke atmosfer kota melalui sistem HVAC gedung, seperti bahan bangunan, perabotan interior, dan aktivitas penghuni.
Di dalam sebuah ruangan, konsentrasi VOC bisa 2 hingga 15 kali lebih tinggi dibandingkan dengan di luar ruangan. Per satuan luas, emisi VOC dari bangunan setara dengan emisi dari lalu lintas, industri, dan sumber biogenik. Tim peneliti menyimpulkan bahwa kantor merupakan sumber signifikan emisi monoterpen reaktif dan siloksan ke lingkungan luar.
Untuk mengurangi emisi VOC dari bangunan, Boor menyarankan penggunaan filter karbon dan teknologi pembersih udara lainnya, serta penggunaan produk konsumen dan perawatan pribadi dengan emisi VOC rendah.