Invasi Mobil Listrik China Makin ‘Menggila’ di Indonesia, Apa Dampaknya?

Jakarta, sustainlifetoday.com – China saat ini memimpin pasar kendaraan listrik global, termasuk Indonesia. Model seperti Wuling Air EV dan Chery Omoda E5 mendominasi pasar lokal berkat harga terjangkau, teknologi canggih, dan ekosistem baterai yang mumpuni.
Tidak main-main, pangsa pasar mobil listrik buatan China di Indonesia mencapai 95% pada awal 2024, dengan investasi besar seperti USD 1,3 miliar dari BYD untuk memperkuat elektrifikasi transportasi.
Namun, terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat yang akan menaikkan tarif kendaraan listrik China hingga 25% memaksa produsen untuk mencari pasar alternatif, termasuk Indonesia. Langkah ini memberikan ruang bagi China untuk memperkuat dominasi di Asia Tenggara.
Lalu apa dampaknya untuk Indonesia?
Dampak positifnya, investasi besar-besaran dari China, seperti pembangunan fasilitas produksi baterai, menciptakan lapangan kerja baru dan mempercepat pengembangan teknologi EV lokal.
Menteri Koordinator Luhut Pandjaitan menyebut kolaborasi ini sebagai peluang meningkatkan daya saing Indonesia di pasar global.
Selain itu, harga terjangkau mobil listrik China membuat transisi ke kendaraan ramah lingkungan lebih mudah bagi masyarakat Indonesia. Wuling Air EV, misalnya, menjadi salah satu pilihan paling ekonomis dengan teknologi modern yang cocok untuk kota besar.
Dari sisi industri, dengan cadangan nikel terbesar dunia, Indonesia mendapat manfaat dari pengembangan teknologi baterai China, menjadikan negara ini pusat rantai pasok EV.
Namun, invasi mobil listrik China juga memiliki dampak negatif yang mungkin terjadi. Kehadiran masif produk China dikhawatirkan mematikan peluang produsen lokal, yang masih minim pengalaman dan kapasitas produksi massal. Dalam jangka panjang, ketergantungan ini dapat melemahkan daya saing industri dalam negeri.
Apalagi, dengan dukungan subsidi pemerintah dan teknologi matang membuat produsen lokal sulit bersaing. Indonesia belum memiliki merek EV lokal yang dapat menyaingi harga maupun kualitas mobil China.
Dari sisi lingkungan, meski ramah lingkungan, pembuatan baterai EV memiliki dampak ekologis signifikan, termasuk emisi dari pertambangan dan pembuangan limbah.
Demi mengurangi dampak negatif ini, pemerintah perlu memperkuat regulasi guna mendorong produksi lokal dan meningkatkan transfer teknologi. Langkah ini akan memastikan dominasi China tidak menjadi ancaman bagi kedaulatan industri nasional.