Fenomena Kubah Panas Selimuti Eropa, Krisis Iklim Kian Terasa Nyata

Jakarta, sustainlifetoday.com — Fenomena “kubah panas” (heat dome) tengah menyelimuti sebagian besar Eropa dan menimbulkan lonjakan suhu ekstrem dari Portugal hingga Turki, memicu kekhawatiran atas ketahanan iklim, krisis air, hingga bahaya kebakaran hutan.
Fenomena ini terjadi ketika lapisan tekanan tinggi memerangkap udara panas di wilayah tertentu selama beberapa hari, menyebabkan suhu meningkat tajam. Menurut prakiraan cuaca, puncak suhu tertinggi terjadi Rabu (2/7), dengan sebagian wilayah mungkin sedikit mereda usai hujan akhir pekan.
Di Jerman selatan, suhu diprediksi naik dari 35°C menjadi 39°C dalam waktu tiga hari. Beberapa kota mulai membatasi pengambilan air dari sungai dan danau, sebagai respons terhadap menipisnya cadangan air.
Yunani kini siaga menghadapi kebakaran hutan. Pulau-pulau wisata mengalami kelangkaan air bersih, sementara suhu panas memperburuk kerentanan ekosistem dan infrastruktur.
Di Turki, kebakaran besar melanda wilayah Doganbey, Izmir, memaksa penutupan bandara Izmir dan evakuasi empat desa. Kementerian Kehutanan setempat melaporkan bahwa api dipicu angin kencang dan udara kering, kombinasi khas yang kini makin sering terjadi akibat perubahan iklim.
Baca Juga:
- Riset BRIN: Dugong Berkontribusi pada Mitigasi Iklim
- Retret Kristiani Diserang, PIS: Tegakkan Hukum, Tolak Intoleransi
- Sering Diabaikan, Puntung Rokok Ternyata Jadi Masalah bagi Lingkungan
Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres, dalam kunjungannya ke Seville, Spanyol, memperingatkan bahwa panas ekstrem bukan lagi peristiwa langka, namun telah menjadi normal baru saat ini.
“Planet ini semakin panas dan lebih berbahaya, tidak ada negara yang kebal,” ujarnya.
Suhu di Seville mencapai 42°C, mendorong banyak wisatawan membatalkan aktivitas luar ruangan. Di seluruh Prancis, tempat AC belum menjadi fasilitas umum yang lazim, pemerintah memperkuat layanan sosial untuk lansia, tunawisma, dan pekerja luar ruangan.
Portugal menetapkan peringatan panas merah untuk tujuh distrik, dengan suhu tertinggi mencapai 43°C, sehari setelah rekor suhu Juni tercatat sebesar 46,6°C. Hampir seluruh wilayah pedalaman kini masuk dalam kategori risiko tinggi kebakaran hutan.
Sementara itu di Italia, Kementerian Kesehatan menyatakan 21 kota berada dalam status siaga merah tingkat tiga. Ini berarti cuaca berpotensi membahayakan bahkan orang sehat dan aktif, serta kelompok rentan.
Pemerintah daerah seperti di Liguria dan Sisilia juga mulai melarang aktivitas konstruksi dan pertanian di jam puncak panas sebagai langkah perlindungan pekerja.
Baca Juga: