Pertamina dan Perusahaan Jerman Ubah Gas Emisi Tinggi Jadi Gas Siap Jual

Jakarta, sustainlifetoday.com — Langkah strategis menuju energi bersih kembali dilakukan oleh PT Pertamina EP. Bekerja sama dengan perusahaan teknologi asal Jerman, BASF, Pertamina EP resmi menjalankan proyek CO₂ Reduction di Stasiun Pengumpul Akasia Bagus (SP ABG), Kecamatan Terisi, Indramayu. Proyek ini bertujuan mengubah gas produksi berkadar karbon tinggi menjadi energi siap jual yang lebih ramah lingkungan.
Melalui kerja sama ini, BASF menghadirkan teknologi pengolahan gas asam berbasis sistem amine (Methyldiethanolamine/MDEA), yang mampu menurunkan kandungan CO₂ dari 65 persen menjadi hanya 8 persen—sesuai spesifikasi gas komersial.
“Ini bukan hanya soal produksi, tapi juga tentang menciptakan masa depan energi yang berkelanjutan dan mandiri bagi Indonesia,” ujar VP Production & Operations Regional Jawa Subholding Upstream Pertamina, Rahmat Ali Hakim, Selasa (27/5).
Proyek ini juga merupakan bagian dari pengembangan kawasan migas Akasia Bagus–Gantar, yang telah menghasilkan cadangan minyak sebesar 12,71 juta barel dan gas 10,53 miliar kaki kubik. Dalam jangka panjang, inisiatif ini mendukung roadmap transisi energi dan ketahanan energi nasional.
Baca Juga:
- Studi Ungkap Ruang Hijau Bisa Kurangi Kebiasaan Merokok
- Perubahan Iklim Bisa Mengubah Rasa Anggur di Masa Depan
- MPR Lirik Teknologi Nuklir Modular untuk Masa Depan Energi Bersih Indonesia
Pertamina EP pun tengah meningkatkan kapasitas Stasiun SP ABG dari 1.750 barel cair per hari dan 3 juta kaki kubik gas per hari, menjadi 9.000 BLPD dan 22 MMSCFD. Langkah ini memungkinkan perusahaan memaksimalkan potensi sumber daya sekaligus menjaga keandalan pasokan energi.
Tak berhenti pada aspek teknis, komitmen keberlanjutan juga ditunjukkan Pertamina EP lewat berbagai inisiatif lingkungan. Salah satunya adalah penanaman lebih dari 86.000 pohon mangrove sebagai bentuk kontribusi terhadap rehabilitasi pesisir dan penyerapan karbon.
Kehadiran teknologi BASF dalam proyek ini bukan hanya menghadirkan efisiensi, tapi juga mencatatkan prestasi sebagai pengolahan gas CO₂ tinggi pertama di dunia yang berhasil mencapai level rendah secara komersial. Ini menjadi bukti bahwa inovasi teknologi dan keberlanjutan dapat berjalan beriringan.