Kementerian ESDM Manfaatkan Kelapa Tak Layak Konsumsi untuk Bioavtur

JAKARTA, sustainlifetoday.com – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berencana memanfaatkan kelapa tidak layak konsumsi untuk diolah menjadi bahan baku bioavtur, yaitu campuran bahan bakar pesawat terbang.
Direktur Bioenergi Ditjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Edi Wibowo, menyatakan kelapa menjadi salah satu potensi yang telah diakui sebagai calon bahan baku Sustainable Aviation Fuel (SAF).
“Memang kelapa-kelapa reject itu salah satu potensi untuk bisa menjadi bahan baku bioavtur atau SAF itu,” ujar Edi di Jakarta, Senin (9/9).
Edi menyebutkan bahwa ada beberapa hal yang perlu diselesaikan sebelum pemanfaatan kelapa yang tidak layak konsumsi dapat digunakan sebagai bioavtur. Salah satunya pembudidayaan kelapa masih belum memiliki industri yang besar atau masih dalam tahapan perkebunan rakyat.
Baca Juga:
- MAB Siapkan Mikrolet Listrik, Dukung Elektrifikasi Transportasi Umum
- Dukung Pemerintah, Neta Lokalisasi Produksi Mobil Listrik
- Singapura Setujui Impor 1,4 GW Listrik dari Proyek Tenaga Surya Indonesia
Oleh karena itu, direncanakan akan ada tambahan tugas bagi Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) untuk mengelola komoditas selain kelapa sawit, seperti kakao dan kelapa.
“Jadi itu dulu masuk supaya nanti termasuk hilirisasinya, budidayanya berkembang baik. Kalau sudah, nanti berkembang ke depannya, termasuk salah satu potensi untuk bisa dikembangkan jadi SAF tadi,” kata Edi.
Pengembangan kelapa sebagai bahan baku bioavtur ini telah diteliti oleh beberapa pihak dari Jepang serta akademisi di dalam negeri.
Edi menyatakan bahwa pengolahan kelapa yang tidak memenuhi standar menjadi bahan baku bioavtur harus dilakukan secara bertahap. Setelah riset dasar, program ini perlu memasuki tahap laboratorium sebelum dilakukan piloting project dan komersialisasi.
Menurut roadmap yang disusun oleh Kementerian ESDM, terdapat beberapa opsi untuk memproduksi SAF, antara lain dari Used Cooking Oil (UCO), limbah cair dari pabrik kelapa sawit (Palm Oil Mill Effluent/POME), serta opsi terbaru menggunakan kelapa reject atau tidak layak konsumsi.
“Roadmap-nya akan di hilirisasi oleh Kemenko Marves dan kita targetkan di situ mungkin 1% tahun 2027. Kita sudah meninjau beberapa teknologi yang berkembang, nanti mana yang cepat akan kita usahakan,” lanjut Edi.