Xanh SM Hadir, Begini Peta Persaingan Bisnis Taksi Online Tanah Air!

JAKARTA, sustainlifetoday.com – Persaingan di sektor transportasi online semakin memanas, terutama dengan hadirnya Xanh SM, taksi online berbasis kendaraan listrik asal Vietnam, yang menawarkan tarif kompetitif dibandingkan para pemain lama seperti Grab dan Gojek. Fenomena ini tidak hanya mengguncang pasar transportasi, tetapi juga memberikan sinyal kuat transformasi menuju era kendaraan listrik (EV).
Xanh SM, yang diluncurkan oleh VinFast, perusahaan otomotif Vietnam, telah memposisikan diri sebagai pelopor taksi online berbasis EV di kawasan Asia Tenggara. Dengan tarif dasar yang lebih rendah dan kendaraan yang sepenuhnya listrik, Xanh SM memberikan daya tarik tersendiri bagi konsumen yang mulai peduli terhadap keberlanjutan lingkungan.
“Harga kami sangat masuk akal dibanding pemain lain, namun kami punya standar layanan tinggi,” ujar Global CEO Green and Smart Mobility Joint Stock Company Thanh Nguyen.
Strategi tarif kompetitif ini langsung menantang dominasi Grab dan Gojek, yang masih mengandalkan armada kendaraan berbahan bakar fosil untuk sebagian besar layanannya. Sementara itu, Bluebird di Indonesia juga telah memulai transisi dengan memperkenalkan armada EV secara bertahap.
Baca Juga:
- PPN Naik, Bagaimana Dampaknya pada Kelompok Rentan?
- Utamakan Keselamatan Kerja, PGE Sabet Penghargaan dari Ditjen EBTKE
- Dorong Ekosistem Transportasi Berkelanjutan RI, TBS Teken Pinjaman US$10 Juta dari ADB
Tantangan dan Peluang bagi Pemain Lama
Hadirnya Xanh SM menekan para pemain lama untuk beradaptasi lebih cepat. Grab, misalnya, telah memperluas inisiatif EV mereka dengan bermitra bersama berbagai produsen kendaraan listrik dan penyedia infrastruktur pengisian daya. Gojek juga meluncurkan program EV pilot di beberapa kota besar di Indonesia, meskipun skala implementasinya masih terbatas.
Sementara itu, Direktur Utama Blue Bird Adrianto Djokosoetono menyatakan bahwa kompetisi di pasar transportasi online adalah hal yang wajar. “Hadirnya pemain baru di pasar merupakan hal yang wajar dan menandakan dinamika industri yang sehat. Bagi Blue Bird, kompetisi adalah kesempatan untuk terus berinovasi dan memperkuat posisi kami sebagai pelopor layanan mobilitas Standar Nyaman Indonesia yang relevan bagi masyarakat selama lebih dari 52 tahun ini,” ujarnya.
Namun, tantangan utama bagi pemain lama adalah biaya transisi yang tinggi dan infrastruktur EV yang masih berkembang di banyak negara Asia Tenggara. Meskipun permintaan untuk transportasi ramah lingkungan meningkat, pengemudi sering menghadapi kendala seperti kurangnya stasiun pengisian daya dan mahalnya harga kendaraan listrik.
Baca Juga:
- PPN Naik, Bagaimana Dampaknya pada Kelompok Rentan?
- Utamakan Keselamatan Kerja, PGE Sabet Penghargaan dari Ditjen EBTKE
- Dorong Ekosistem Transportasi Berkelanjutan RI, TBS Teken Pinjaman US$10 Juta dari ADB
Transformasi Industri Kendaraan Listrik
Pertarungan ini menjadi katalisator bagi percepatan adopsi kendaraan listrik di kawasan. Pemerintah di berbagai negara Asia Tenggara mulai memberikan insentif untuk mendorong penggunaan EV, seperti subsidi pembelian kendaraan listrik dan pengembangan infrastruktur pengisian daya.
Indonesia, misalnya, telah menetapkan target ambisius untuk mempercepat adopsi kendaraan listrik melalui insentif fiskal dan kebijakan ramah lingkungan. Langkah ini diharapkan dapat menarik lebih banyak pemain transportasi online untuk mengadopsi armada EV.
Outlook Pasar Transportasi Online Berbasis EV
Dalam beberapa tahun mendatang, transformasi ini diprediksi akan mengubah lanskap persaingan di sektor transportasi online. Pemain yang mampu berinovasi dengan mengintegrasikan teknologi EV ke dalam model bisnis mereka kemungkinan besar akan memimpin pasar.
Bagi konsumen, persaingan ini memberikan keuntungan berupa layanan yang lebih ramah lingkungan dengan tarif yang semakin kompetitif. Sementara itu, bagi industri kendaraan listrik, transportasi online menjadi pintu masuk strategis untuk memperluas adopsi EV di kalangan masyarakat luas.
Persaingan antara Xanh SM, Grab, Gojek, dan Bluebird tidak hanya berdampak pada tarif transportasi online, tetapi juga mendorong perubahan signifikan dalam industri kendaraan listrik. Dengan meningkatnya dukungan pemerintah dan preferensi konsumen terhadap layanan berkelanjutan, masa depan transportasi online berbasis EV tampaknya akan semakin cerah.