Studi: Alam Nyaris Tak Mampu Serap Karbon, Upaya Pengurangan Emisi Terancam

Jakarta, sustainlifetoday.com – Sebuah studi terbaru dengan temuan mengejutkan menyatakan bahwa pada tahun 2023, alam hampir tidak menyerap karbon dioksida (CO₂) seperti biasanya, sehingga mengancam upaya mitigasi perubahan iklim. Penelitian berjudul Low Latency Carbon Budget Analysis Reveals a Large Decline of the Land Carbon Sink in 2023 menunjukkan laju peningkatan emisi karbon dioksida mencapai 3,37 parts per million (ppm) di Mauna Loa, Hawaii. Angka ini meningkat 86 persen dibandingkan tahun sebelumnya, sementara emisi global dari bahan bakar fosil hanya naik sebesar 0,6 persen.
Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa jumlah karbon yang dilepaskan kini jauh lebih besar dari kemampuan hutan, tanah, dan laut untuk menyerapnya. Lautan dan hutan di seluruh dunia menunjukkan tanda-tanda ketidakmampuan dalam menyerap karbon, diperburuk oleh pencairan gletser dan lapisan es Arktik yang mengganggu arus laut dan memperlambat serapan karbon di lautan. Para ilmuwan menyoroti bahwa peristiwa ini terjadi lebih cepat dari yang diperkirakan.
Para peneliti menyimpulkan bahwa untuk mencapai target nol emisi, tidak cukup hanya mengandalkan alam. Hutan Kongo, misalnya, masih memiliki kemampuan menyerap karbon lebih banyak dibandingkan dengan oksigen yang dilepaskannya. Dengan kondisi hutan Amazon yang semakin terancam oleh kekeringan dan deforestasi, hutan Kongo kini menjadi salah satu benteng terakhir dalam upaya melawan perubahan iklim global. Akibatnya, berbagai masalah lingkungan mulai muncul, seperti mencairnya gletser, peningkatan frekuensi kebakaran hutan, dan pemanasan lautan.
Dilansir dari Science Direct pada Jumat (25/10), situasi ini mengganggu kemampuan alam dalam menyerap dan menyimpan karbon. Contohnya, pada hutan, kondisi kekeringan dan kebakaran dapat menyebabkan pelepasan karbon dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan kapasitas hutan untuk menyerapnya.
Meskipun demikian, hasil penelitian ini menekankan bahwa belum saatnya untuk menyimpulkan apakah alam benar-benar sudah tidak mampu menyerap karbon.
Penelitian tersebut mengindikasikan bahwa kebakaran hutan yang besar di belahan bumi utara pada tahun 2023 mungkin menjadi salah satu faktor yang berkontribusi terhadap penurunan kemampuan serapan karbon yang terjadi.