Polusi Udara Meningkat, Pemerintah Terapkan Flexy Engine guna Kurangi Emisi Karbon

JAKARTA, sustainlifetoday.com – Polusi udara di kota-kota besar Indonesia semakin memburuk, terutama Jakarta. Pemerintah berupaya memperbaiki kualitas udara melalui aturan pengetatan emisi. Sektor transportasi menyumbang 44 persen polusi, menjadi penyebab utama karena penggunaan bahan bakar pada mobil dan motor.
Staf Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bidang Percepatan Pengembangan Industri sektor ESDM RI Agus Tjahajana Wirakusumah menyatakan efek rumah kaca yang disebabkan kendaraan bermotor sudah melebihi ambang batas aman.
“Kendaraan roda empat menurut literatur mampu menghasilkan rata-rata 4,1 ton emisi CO2 per tahun. Kalau ditinjau dari besarnya volume bahan bakar 2022, bisa mengeluarkan emisi sebesar 6,4 ton CO2 per tahun,” kata Agus dilansir pada Rabu (24/7).
Agus menjelaskan, berdasarkan data BPS tahun 2020 terdapat 3 juta unit kendaraan roda empat dan 125 juta unit sepeda motor yang beroperasi di Indonesia. Jika 70 persen dari kendaraan tersebut beroperasi sepanjang tahun dan menempuh jarak 19.000 km, diperkirakan sektor kendaraan di Indonesia menghasilkan sekitar 100 juta ton CO2 setiap tahunnya.
Namun, angka tersebut belum termasuk kendaraan baru yang akan bertambah pada tahun-tahun mendatang. Menurutnya, hal ini akan berdampak pada kesehatan manusia yang sudah terlihat sejak saat ini.
“Kita sama-sama merasakan bahwa pada Agustus 2023 lalu, pandangan mata menjadi sangat terbatas. Gedung bertingkat yang jaraknya tidak terlalu jauh dan biasa terlihat jelas menjadi terlihat samar-samar. Saat bersamaan muncul gejala sesak pernapasan dan berbagai penyakit menyangkut pernapasan,” lanjut Agus.
Kementerian ESDM memiliki peran penting dalam mengendalikan produksi emisi CO2 di Indonesia melalui berbagai langkah strategis. Salah satu langkah tersebut adalah penerapan engine flexy yang diyakini dapat mengurangi emisi gas buang dari kendaraan bermotor.
“Kami menyambut inisiatif Gaikindo yang mendorong kehadiran dan peran flexy engine, untuk mendukung sektor transportasi agar kendaraan tetap mampu menjalankan roda ekonomi sekaligus mengurangi emisi CO2,” ujar Agus.