GRP Resmi Luncurkan Produk Baja Ramah Lingkungan

Jakarta, sustainlifetoday.com – PT Gunung Raja Paksi Tbk (GRP), salah satu produsen baja terbesar di Indonesia, meluncurkan dua produk baja berkelanjutan, yaitu FORTISE dan FORTISE+, sebagai bagian dari komitmen mereka terhadap produksi baja ramah lingkungan dan efisien energi. Peluncuran ini digelar di Jakarta, Kamis (26/6).
Presiden Direktur GRP, Fedaus, mengatakan bahwa produk ini dikembangkan untuk menjawab kebutuhan pasar yang semakin kompleks.
“Kehadiran FORTISE dan FORTISE+ dapat memperluas kontribusi industri baja nasional dalam memenuhi kebutuhan sektor strategis, sekaligus mendukung pencapaian target jangka panjang Indonesia menuju Net Zero Emission (NZE) 2060 atau lebih cepat,” ujar Fedaus dalam keterangannya, Kamis (26).
Ia menjelaskan, FORTISE ditujukan untuk aplikasi umum dengan fleksibilitas tinggi dan efisiensi produksi bagi proyek konstruksi skala besar maupun menengah. Sementara itu, FORTISE+ dirancang untuk kebutuhan spesifik seperti struktur bangunan bertingkat, fasilitas industri, dan infrastruktur berat. Produk ini memadukan kekuatan dan keberlanjutan dengan kandungan material scrap baja sekitar 75 persen, memiliki yield strength di atas 345 MPa, tensile strength lebih dari 450 MPa, serta tersedia dalam ketebalan hingga 120 mm.
“Peluncuran kedua produk baja tersebut merupakan bagian dari komitmen perusahaan untuk terus berinovasi, terutama dalam menghadirkan pilihan material baja yang lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan dan kebutuhan pasar,” tambah Fedaus.
Baca Juga:
- SustainLife Today Luncurkan Majalah Edisi Perdana Q1-2025
- AHY Paparkan Langkah Hadapi Urbanisasi dan Krisis Iklim di Forum BRICS
- Studi: Larangan Kantong Plastik Sukses Kurangi Sampah di Pantai dan Sungai
Dalam peluncuran tersebut, Direktur Logam Ditjen ILMATE Kementerian Perindustrian, Dodiet Prasetyo, menyampaikan bahwa langkah GRP ini selaras dengan transisi global menuju ekonomi hijau.
“Inisiatif pengembangan produk baja yang efisien energi dan ramah lingkungan merupakan langkah penting dalam memperkuat daya saing industri nasional di tengah transisi global menuju ekonomi hijau,” ucapnya.
Dari sisi konstruksi, Direktur Keberlanjutan Konstruksi Ditjen Bina Konstruksi Kementerian PUPR, Kimron Manik, menekankan pentingnya pemilihan material sejak tahap desain.
“Kementerian PU mendorong penggunaan material konstruksi yang ramah lingkungan sejak tahap desain hingga operasional. Infrastruktur masa depan harus lebih cerdas, lebih hijau, dan dibangun bersama. Baja memegang peranan penting dalam mendukung pembangunan yang berkelanjutan dan adaptif,” katanya.
Sebagai bagian dari inisiatif jangka panjang, GRP juga menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) dengan Center for Materials Processing and Failure Analysis (CMPFA), Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Kolaborasi ini mencakup pengembangan pelatihan, riset bersama, serta pertukaran pengetahuan dan keahlian teknis untuk mendorong transisi industri baja nasional menuju praktik yang lebih berkelanjutan.
Kepala CMPFA FTUI, Reza Miftahul Ulum, menyambut baik kolaborasi tersebut.
“Kami berharap kerja sama ini dapat mendorong terbentuknya ekosistem inovasi yang mempercepat adopsi teknologi ramah lingkungan di sektor baja dan membuka ruang partisipasi lebih luas bagi talenta muda Indonesia.”
Reza menambahkan jika kolaborasi ini menjadi langkah penting dalam menyatukan kapasitas riset akademik dengan kebutuhan nyata industri.