Banjir dan Longsor Landa Jabodetabek, Hampir 10 Ribu Warga Terdampak

JAKARTA, Sustainlifetoday.com – Hujan deras yang mengguyur wilayah Jabodetabek selama akhir pekan memicu 11 kejadian banjir dan tanah longsor. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan bahwa hingga Minggu (6/7) pukul 18.00 WIB, total warga terdampak mencapai 9.947 jiwa, dengan ribuan di antaranya terpaksa mengungsi.
“BNPB mencatat per pukul 18.00 WIB pada hari Minggu 6 Juli kemarin, kita menerima laporan 11 kejadian banjir dan tanah longsor hanya di wilayah Jabodetabek saja,” ujar Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, Senin (7/7).
Selain kerugian material, bencana ini juga merenggut tiga korban jiwa. Dua orang sebelumnya sempat dilaporkan hilang, namun telah ditemukan pada Senin pagi. BNPB juga mencatat 2.348 rumah terendam dan 12 rumah mengalami kerusakan.
Cuaca ekstrem yang semakin sering terjadi menegaskan pentingnya mitigasi bencana berbasis ekosistem dan tata kelola wilayah yang adaptif terhadap perubahan iklim. Curah hujan tinggi yang terjadi dalam waktu singkat menjadi peringatan atas rapuhnya sistem drainase kota dan alih fungsi lahan yang tidak terkendali.
Baca Juga:
- DPR dan Pemerintah Beda Pandangan Soal Insentif Kendaraan Listrik
- Dukung Swasembada Pangan, Hutama Karya Rehabilitasi Irigasi di Aceh dan Riau
- Sering Diabaikan, Puntung Rokok Ternyata Jadi Masalah bagi Lingkungan
Muhari mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana hidrometeorologi, termasuk banjir, longsor, dan genangan air akibat intensitas hujan tinggi.
“Kami mohon bantuan kepada TNI, Polri di daerah, Babinsa, Bhabinkamtibmas, BPBD agar ketika sudah terjadi hujan lebih dari satu jam secara terus menerus, turun ke lapangan lihat kondisi-kondisi air di sungai, bendungan, kondisi tebing,” katanya.
Langkah antisipatif berupa evakuasi dini juga ditekankan bagi warga yang tinggal di daerah rawan, terutama di bantaran sungai dan lereng perbukitan. BNPB mengingatkan bahwa partisipasi semua pihak, dari pemerintah hingga komunitas lokal, sangat krusial dalam membangun ketahanan iklim di kawasan perkotaan yang semakin rentan.