Kemendes Dorong Pengembangan Pewarna Alami Sebagai Potensi Ekonomi Hijau
Jakarta, sustainlifetoday.com — Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (Kemendes PDT) mendorong pengembangan pewarna alami sebagai sumber ekonomi berkelanjutan bagi masyarakat desa. Selain bernilai ekonomis, pewarna alami juga dinilai ramah lingkungan sehingga perlu terus dikembangkan melalui edukasi dan pemberdayaan masyarakat.
Penasihat Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kemendes PDT Ratu Rachmatuzakiyah mengatakan bahwa pengelolaan pewarna alami yang baik dapat menjadi peluang usaha bagi desa-desa, khususnya yang memiliki Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
“Kalau misalnya itu dikelola dengan baik, kemudian juga teman-teman di desa itu diberi edukasi yang baik, pasti nanti akan bisa atau dapat membuat sesuatu yang menghasilkan nilai ekonomis, khususnya bagi Badan Usaha Milik Desa,” kata Ratu Rachmatuzakiyah usai menghadiri Mini Eco Fashion dan Talkshow Pewarna Alami di Kantor Direktorat Jenderal (Ditjen) Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal (PPDT) Kemendes PDT, Jakarta, Senin (27/10).
Zakiyah menambahkan, pewarna alami tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga memiliki nilai estetika tinggi.
“Warna-warna alami itu menghasilkan warna-warna yang cantik,” kata dia.
Sementara itu, Direktur Jenderal PPDT Kemendes PDT Samsul Widodo menegaskan bahwa pewarna alami berpotensi menjadi bahan baku utama untuk kain tradisional Indonesia, sekaligus melestarikan kearifan lokal dan meningkatkan pendapatan masyarakat desa.
Baca Juga:
- BPKN Panggil Manajemen Aqua Terkait Dugaan Sumber Air dari Sumur Bor
- Dinilai Tidak Berkelanjutan, Menteri LH: Banyak Air Minum Kemasan Masih Gunakan Air Tanah
- Klarifikasi Soal Sumber Air, Aqua: Sudah Sesuai Izin dan Prinsip Keberlanjutan
“Sebenarnya sebelum kita mengenal warna sintetis, nenek moyang kita itu mempunyai kearifan lokal, yaitu pewarnaan alam. Kami sangat berharap dengan adanya pengembangan menjadi pasta dari pewarnaan alam, sehingga itu bisa menjadi bahan baku untuk pengembangan kain-kain tradisional, baik itu batik, tenun, ataupun wujud yang lain,” kata Samsul Widodo.
Ia juga mengajak pemerintah daerah, komunitas perajin, dan pelaku industri kreatif untuk berkolaborasi dalam memperkuat ekosistem pewarna alami agar menjadi identitas sekaligus kekuatan ekonomi desa.
Pewarna alami sendiri merupakan zat pewarna yang berasal dari tumbuhan, hewan, atau mineral yang digunakan sejak lama untuk mewarnai kain dengan cara yang ramah lingkungan.
