Jelajahi Potensi Bioavtur, Solusi Hijau untuk Industri Penerbangan

Jakarta, sustainlifetoday.com – Bioavtur, atau Sustainable Aviation Fuel (SAF), adalah bahan bakar pesawat yang dihasilkan dari bahan-bahan nabati seperti minyak inti sawit, kelapa non-standar, dan bahan terbarukan lainnya. Salah satu teknologi yang digunakan dalam produksinya adalah co-processing, yang mencampur minyak nabati dengan minyak mentah di kilang, sehingga menghasilkan bahan bakar berkualitas tinggi yang setara dengan avtur fosil.
Bioavtur dianggap ramah lingkungan karena dapat mengurangi emisi karbon hingga 80% dibandingkan bahan bakar konvensional, tergantung pada bahan baku dan proses produksinya. Berkat inovasi ini, bioavtur diproyeksikan akan menjadi kunci untuk menurunkan emisi karbon dalam industri penerbangan
Penggunaan bioavtur memberikan sejumlah manfaat, termasuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan menekan jejak karbon dari industri penerbangan yang merupakan salah satu sektor penyumbang emisi terbesar.
Di sisi lain, pengembangan bioavtur menghadapi tantangan seperti biaya produksi yang lebih tinggi dan pasokan bahan baku yang masih bergantung pada produksi pertanian skala besar, yang dapat menimbulkan masalah keberlanjutan jika tidak dikelola dengan baik.
Bagaimana perkembangan di Indonesia?
Di Indonesia, pengembangan bioavtur semakin maju dengan dukungan berbagai pihak. Pada Oktober 2023, Pertamina dan Garuda Indonesia sukses melakukan penerbangan komersial perdana menggunakan bioavtur dari Bandara Soekarno-Hatta ke Bandara Adi Soemarmo. Bahan bakar yang digunakan adalah hasil kolaborasi dengan Jepang yang memanfaatkan kelapa non-standar, yang mengurangi biaya produksi dan memaksimalkan potensi sumber daya lokal. Indonesia sendiri mulai mengembangkan bioavtur sejak 2010 dengan penelitian yang didukung oleh teknologi dari PT Kilang Pertamina Internasional di Cilacap.
Inisiatif ini sejalan dengan target pemerintah mencapai Net Zero Emissions (NZE) pada tahun 2060. Penerbangan pertama ini bukan hanya pencapaian teknis, tetapi juga bentuk komitmen Pertamina dan Garuda dalam mendukung keberlanjutan dan transformasi energi di Indonesia.
Pemerintah dan industri terkait berharap langkah ini dapat mempercepat adopsi bioavtur secara luas di industri penerbangan domestik serta mengurangi dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh penerbangan.
Dengan hasil uji coba yang menunjukkan kualitas bioavtur setara dengan avtur konvensional, potensi pengembangan bioavtur diperkirakan akan terus meningkat. Selain ramah lingkungan, bioavtur dapat membuka peluang ekonomi baru dengan memanfaatkan sumber daya lokal yang melimpah.