Hadirkan Green Drilling Project, Pertamina Dorong Pengeboran Lebih Hijau

JAKARTA, sustainlifetoday.com — PT Pertamina Drilling Services Indonesia (Pertamina Drilling), anak usaha PT Pertamina Hulu Energi (PHE) di bawah Subholding Upstream Pertamina, meluncurkan Green Drilling Project, sebuah inisiatif ramah lingkungan yang memanfaatkan flare gas sebagai sumber energi alternatif untuk operasional rig. Langkah ini menjadi terobosan untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar diesel dalam aktivitas pengeboran.
Direktur Utama Pertamina Drilling, Avep Disasmita, menegaskan bahwa program ini merupakan bagian dari komitmen keberlanjutan Pertamina, khususnya pilar “Addressing Climate Change” yang berfokus pada upaya pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK).
“Sebagai bagian dari grup Pertamina, kami berkomitmen berkontribusi aktif dalam pengurangan emisi GRK melalui layanan pengeboran terintegrasi kami,” ujar Avep dilansir pada Selasa (19/8).
Seiring transformasinya dari penyedia jasa rig menjadi perusahaan layanan end-to-end well construction, Pertamina Drilling kini mengoperasikan 53 unit rig, termasuk 2 unit offshore work over rig dan 2 unit jack-up rig. Perusahaan juga memperkuat layanan pendukung melalui Indonesia Drilling Training Center (IDTC) dalam pengembangan tenaga ahli.
Baca Juga:
- Greenpeace: Kemerdekaan Tak Bermakna Jika Masyarakat Adat dan Lingkungan Diabaikan
- Sampah Perayaan HUT RI Capai 79 Ton, DLH DKI Jakarta Kerahkan 1.800 Petugas
- Penelitian: Hutan Amazon Bisa Hilang dalam 100 Tahun Akibat Perubahan Iklim
Inovasi Green Drilling ini mengandalkan teknologi Modular Gas-to-Liquid (GTL) Plant, yang mampu mengubah gas menjadi synthetic diesel atau metanol. Bahan bakar tersebut kemudian digunakan sebagai blended fuel untuk rig.
Dengan teknologi ini, pemanfaatan flare gas di Indonesia tak hanya menekan biaya operasional dan meningkatkan efisiensi, tetapi juga memberikan dampak signifikan dalam menurunkan emisi GRK.
Selain aspek teknis, Pertamina Drilling juga membuka ruang kolaborasi dengan perusahaan hulu, baik sebagai pemasok gas maupun pengguna akhir metanol yang dihasilkan. Inisiatif ini bukan hanya memperkuat efisiensi dan keberlanjutan, tetapi juga mendorong lahirnya peluang investasi hijau di sektor migas nasional.