PBB Serukan Revolusi Energi Bersih, Dunia Harus Bergerak Lebih Cepat

Jakarta, sustainlifetoday.com – Dunia tengah menghadapi rangkaian krisis global seperti konflik geopolitik, krisis iklim, hingga ketimpangan sosial. Di tengah tantangan itu, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyerukan babak baru peradaban, yaitu transisi global menuju energi bersih.
“Bahan bakar fosil sudah habis masanya. Matahari tengah menyingsing menyambut era energi bersih,” ujar Guterres dalam pidato resminya dari markas besar PBB di New York, dilansir Rabu (23/7).
Dalam pernyataan tersebut, Guterres menegaskan bahwa transisi menuju energi terbarukan bukan hanya tak terelakkan, tetapi juga tak terhentikan. Ia menggambarkan revolusi energi ini sebagai peluang luar biasa untuk menyelamatkan bumi sekaligus membangun masa depan yang lebih adil, sehat, dan sejahtera.
Baca Juga:
- Serang Fasilitas dan Stafnya di Gaza, WHO Kecam Israel
- Howell Expo 2025 Sukses Padukan Pameran, Aktivitas, dan Edukasi Gaya Hidup Sehat
- Cemari Udara, KLH Segel Tungku Baja di Tangerang
Guterres mengungkapkan bahwa pada tahun lalu saja, investasi global di sektor energi bersih mencapai USD 2 triliun, melampaui investasi bahan bakar fosil untuk pertama kalinya dan meningkat hampir 70 persen dalam sepuluh tahun terakhir.
Kini, pembangkit energi dari matahari dan angin telah menjadi sumber listrik termurah di dunia. Di banyak negara, hampir semua proyek pembangkit baru berasal dari energi terbarukan.
“Ini bukan hanya tentang penyelamatan iklim,” tegasnya.
“tapi tentang ekonomi cerdas, penciptaan lapangan kerja, kesehatan publik, dan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs),” lanjutnya.
Menurut Guterres, ada tiga alasan utama mengapa peralihan ke energi bersih tak bisa dihentikan:
- Logika Ekonomi: Energi bersih kini menjadi motor pertumbuhan ekonomi global, menyumbang 10% terhadap PDB global pada 2023, bahkan 20% di Tiongkok dan 33% di Uni Eropa. Lebih dari 35 juta orang kini bekerja di sektor ini, melebihi pekerja di sektor fosil.
- Kedaulatan Energi: Tak seperti minyak dan gas yang rentan pada konflik geopolitik dan embargo, energi matahari dan angin bersifat desentralistik, bebas dari dominasi negara atau korporasi tertentu.
- Inklusivitas Akses: Panel surya dan turbin angin mampu menjangkau wilayah-wilayah terpencil yang selama ini tertinggal dari akses listrik, khususnya di Afrika dan kawasan global selatan lainnya.
Namun, Guterres mengingatkan bahwa laju transisi ini belum cukup cepat dan belum merata. Negara-negara maju seperti anggota OECD dan Tiongkok masih mendominasi kapasitas energi bersih dunia, sementara benua Afrika hanya menyumbang 1,5%.
Ia menyerukan aksi global di enam bidang utama:
- NDC yang ambisius dan konsisten, tanpa kontradiksi antara promosi energi bersih dan subsidi bahan bakar fosil.
- Investasi besar dalam infrastruktur modern seperti jaringan listrik pintar dan penyimpanan energi.
- Pemenuhan permintaan energi yang terus meningkat secara berkelanjutan.
- Transisi yang adil, terutama bagi komunitas yang bergantung pada sektor fosil.
- Reformasi sistem perdagangan dan investasi global agar lebih mendukung produk energi bersih.
- Pendanaan adil bagi negara berkembang, termasuk reformasi sistem keuangan internasional.
Di akhir pidatonya, Guterres mengingatkan bahwa transisi energi bukan hanya soal teknologi, tetapi juga keputusan moral dan politik.
“Zaman bahan bakar fosil sedang goyah dan gagal. Kita sedang memasuki era energi baru, dengan energi yang murah, bersih, dan melimpah untuk menggerakkan dunia penuh peluang,” tegasnya.
Namun ia juga memperingatkan, masa depan itu tak akan datang dengan sendirinya.
“Tanggung jawab ada pada kita. Dunia yang bersih dan berkeadilan ada dalam jangkauan, tapi hanya jika kita memilih untuk mewujudkannya,” pungkas Guterres.