LRT Jabodebek Tawarkan Mobilitas Rendah Emisi di Tengah Krisis Iklim

Jakarta, sustainlifetoday.com — Anomali cuaca yang terjadi sejak Mei 2025 hingga saat ini menjadi pengingat bahwa krisis iklim bukan sekadar prediksi, melainkan kenyataan yang sudah di depan mata. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat curah hujan di atas normal bahkan di musim kemarau, sebagai dampak langsung dari perubahan iklim yang didorong oleh emisi gas rumah kaca—terutama dari sektor transportasi dan energi fosil.
Di tengah tantangan tersebut, kehadiran moda transportasi publik rendah emisi seperti LRT Jabodebek menjadi bukti nyata bahwa solusi keberlanjutan sudah tersedia dan dapat diakses masyarakat luas.
Hasil kajian PT Ametis Institut pada 2024 menunjukkan bahwa LRT Jabodebek hanya menghasilkan 15 gram karbon dioksida ekuivalen (CO₂e) per penumpang per kilometer, jauh lebih rendah dibandingkan moda pribadi seperti sepeda motor (37 gram CO₂e), mobil konvensional (31 gram CO₂e), bahkan mobil listrik (33 gram CO₂e). Angka ini didasarkan pada emisi listrik dari sistem kelistrikan Jawa-Madura-Bali (Jamali) menurut Statistik PLN 2023.
Sejak awal tahun hingga pertengahan Juli 2025, LRT Jabodebek telah melayani lebih dari 14,5 juta penumpang. Setiap perjalanan yang dilakukan tidak hanya menjadi pilihan mobilitas, tetapi juga bentuk kontribusi terhadap upaya kolektif menurunkan emisi dan menciptakan kota yang lebih bersih.
“Dengan memilih transportasi publik, kita bukan hanya mengurangi emisi dan kemacetan, tetapi juga ikut mewujudkan kota yang lebih sehat dan berkelanjutan,” ujar Mochamad Purnomosidi, EVP LRT Jabodebek, dalam keterangan resminya, Kamis (17/7).
Sebagai komitmen terhadap lingkungan, LRT Jabodebek juga telah mengantongi sertifikasi ISO 14001:2015 untuk sistem manajemen lingkungan. Operasional perusahaan menerapkan prinsip efisiensi energi, pengelolaan limbah, serta pemantauan dampak lingkungan secara berkelanjutan.
Baca Juga:
- Memahami Kehidupan hingga Kondisi Arktik Terkini dari Film “Sore: Istri dari Masa Depan”
- Badai dan Banjir Parah Terjadi di Banyak Negara, Ilmuwan: Dampak Krisis Iklim!
- Gus Baha: Menjaga Alam Adalah Bentuk Sedekah dan Amanah Spiritual
Inisiatif lainnya meliputi pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sebesar 60 kWp di gedung kantor dan 33 kWp di Klinik Mediska, yang mampu mengurangi konsumsi listrik hingga 15% dan 10%. Di sisi lain, fasilitas pencucian kereta juga menggunakan sistem daur ulang air yang menghemat penggunaan air baru dan mendukung efisiensi operasional.
Di seluruh stasiun, LRT Jabodebek menyediakan berbagai fasilitas penunjang gaya hidup berkelanjutan, seperti water station gratis untuk mengurangi plastik sekali pakai, parkir sepeda, serta akses membawa sepeda lipat (hari kerja) dan sepeda non-lipat (akhir pekan).
Dengan kombinasi teknologi ramah lingkungan, efisiensi energi, dan layanan yang inklusif, LRT Jabodebek tak hanya menjadi solusi mobilitas modern—tapi juga tonggak penting dalam perjalanan menuju kota rendah emisi dan berketahanan iklim.