Limbah Rumah Tangga Masih Jadi Musuh Utama Sungai Jakarta

Jakarta, sustainlifetoday.com — Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta mengungkapkan bahwa air cucian piring, sabun mandi, hingga limbah dapur rumah tangga merupakan penyumbang utama pencemaran sungai-sungai di Jakarta.
Air limbah domestik atau greywater, yang seharusnya diolah terlebih dahulu, justru dibuang langsung ke saluran air tanpa penyaringan. Akibatnya, sungai-sungai di Jakarta selama bertahun-tahun mengalami penurunan kualitas air yang drastis.
“Seluruh limbah tersebut langsung dibuang ke saluran, sehingga mencemari badan air,” ujar Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan DLH DKI Jakarta, Erni Pelita Fitratunnisa, Jumat (18/7).
DLH mencatat kondisi terburuk terjadi di kawasan permukiman padat dan kumuh yang tidak memiliki sistem pengolahan limbah. Gaya hidup masyarakat yang terbiasa membuang air cucian dan limbah organik langsung ke selokan turut memperparah situasi.
Baca Juga:
- Memahami Kehidupan hingga Kondisi Arktik Terkini dari Film “Sore: Istri dari Masa Depan”
- Ganti Alat Makan Plastik dengan Bahan Kayu, KAI Kurangi Hampir 4 Ton Sampah Plastik dalam 6 Bulan
- Pastikan Distribusi Pupuk Subsidi Sampai ke Petani di Gowa, Pupuk Indonesia dan Kementan Turun Gunung
Tak hanya dari rumah tangga, pelaku usaha kecil seperti pabrik tahu, rumah potong hewan, binatu, bengkel, dan restoran juga banyak yang belum mengelola limbahnya dengan benar.
“Ini masalah tata kelola lingkungan yang harus diselesaikan bersama. Bukan hanya pemerintah, tapi juga masyarakat,” tegas Erni.
Walau pada 2024 sempat terjadi perbaikan kecil dari kategori “cemar berat” ke “cemar sedang”, namun sekitar 36 hingga 71 persen titik pantau sungai Jakarta masih menunjukkan kualitas air yang sangat buruk.
DLH pun mulai menggencarkan edukasi lingkungan di permukiman padat, memperluas jaringan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) domestik, dan memperketat penindakan terhadap pelaku usaha yang tidak mematuhi aturan pengelolaan limbah.
“Pemprov DKI akan bekerja sama lintas sektor, termasuk lurah, camat, hingga wali kota, untuk membina UMKM agar lebih peduli terhadap lingkungan,” tambah Erni.
Menariknya, pasar tradisional juga ikut masuk daftar pencemar. Limbah dari aktivitas jual beli daging, ikan, dan sayuran di pasar kerap langsung dialirkan ke sungai tanpa melalui sistem pengolahan.
Dengan pendekatan kolaboratif yang melibatkan semua pihak, DLH berharap kualitas air sungai di Jakarta dapat kembali membaik, menuju ibu kota yang tidak hanya maju, tapi juga berkelanjutan.