Klarifikasi Soal Sumber Air, Aqua: Sudah Sesuai Izin dan Prinsip Keberlanjutan
Jakarta, sustainlifetoday.com — Produsen air minum dalam kemasan Aqua, di bawah PT Tirta Investama, memberikan klarifikasi resmi terkait video viral yang menampilkan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi saat mengunjungi pabrik Aqua di Subang, Jawa Barat.
Dalam keterangan tertulis di laman resminya, manajemen Aqua menyebut klarifikasi tersebut dilakukan untuk meluruskan informasi yang beredar di media sosial yang menyebutkan bahwa Aqua menggunakan air dari sumur bor biasa alih-alih air pegunungan.
“Klarifikasi ini meluruskan informasi yang saat ini beredar di media sosial, yang menyebutkan bahwa Aqua menggunakan air dari sumur bor biasa, bukan dari air pegunungan, serta menyoroti isu pajak, SIPA, dampak lingkungan, hingga kontribusi sosial perusahaan. Kami ingin tidak ada kesalahpahaman di masyarakat,” tulis Aqua dalam laman resminya dikutip SustainLife Today, Kamis (23/10).
Manajemen Aqua menjelaskan bahwa perusahaan menggunakan air dari akuifer dalam yang merupakan bagian dari sistem hidrogeologi pegunungan. Air tersebut terlindungi secara alami dan telah melalui kajian ilmiah oleh para ahli dari UGM dan Unpad. Sebagian titik sumber juga disebut bersifat self-flowing atau mengalir alami.
Air yang digunakan, lanjut Aqua, berasal dari lapisan dalam yang tidak bersinggungan dengan air permukaan yang digunakan masyarakat. Proses pengambilan air dilakukan berdasarkan izin pemerintah serta berada di bawah pengawasan Badan Geologi dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Baca Juga:
- Kemenperin Dorong Industri Plastik Beralih ke Produksi Ramah Lingkungan
- Menteri LH: Seluruh Sungai di Jabodetabek Tercemar, Biodiversity Hilang!
- BRI Tegaskan Implementasi ESG Lewat Program BRI Peduli
Aqua juga menegaskan memiliki kebijakan perlindungan air tanah dalam (ground water resources policy) yang menjamin kualitas dan kelestarian sumber air sekaligus mendukung pembangunan berkelanjutan di wilayah operasionalnya.
“Berdasarkan kajian bersama UGM, pengambilan air dilakukan secara hati-hati dan tidak menyebabkan pergeseran tanah atau longsor. Namun, faktor lain seperti perubahan tata guna lahan dan deforestasi juga berpengaruh. Aqua aktif melakukan konservasi dan pemantauan lingkungan secara berkala serta melibatkan masyarakat dan pemangku kepentingan setempat untuk mengelola sumber daya air secara terintegrasi dari hulu hingga hilir sehingga terjaga kualitas dan kuantitasnya. Hal ini juga menjaga area tangkapan dan resapan air tetap terjaga fungsi dan keberlanjutannya,” tulis manajemen Aqua.
Selain itu, Aqua memastikan telah mengantongi Surat Izin Pengusahaan Air Tanah (SIPA) yang mengatur volume dan lokasi pengambilan air, serta diawasi secara ketat oleh instansi terkait.
Sebagai bagian dari komitmen keberlanjutan, Aqua turut menjalankan program Water Access, Sanitation, and Hygiene (WASH) yang disebut telah menjangkau lebih dari 500.000 penerima manfaat di berbagai wilayah.
“Aqua berkomitmen penuh pada transparansi dan integritas. Seluruh volume air yang diambil dilaporkan sesuai realisasi dan diaudit oleh pemerintah. Setiap pelanggaran akan dikenakan sanksi tegas sesuai hukum yang berlaku. Aqua secara konsisten dan transparan memenuhi seluruh kewajiban perpajakan dan retribusi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pembayaran dilakukan secara berkala dan resmi di Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan, yang menjamin transaksi tercatat secara sah secara hukum,” tulis manajemen Aqua.
Sebelumnya, video kunjungan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi ke pabrik Aqua di Subang viral di media sosial. Dalam video yang diunggah melalui kanal YouTube @KANGDEDIMULYADICHANNEL, Dedi sempat menanyakan asal bahan baku air minum yang diproduksi perusahaan tersebut.
“Ngambil airnya dari sungai?” tanya Dedi.
“Airnya dari bawah tanah pak,” jawab pekerja tersebut.
Dedi kemudian tampak terkejut dan bertanya kembali apakah air tersebut berasal dari bawah tanah, bukan air permukaan. Setelah mendapat penjelasan bahwa air diambil melalui sumur bor, ia menimpali:
“Dikira oleh saya dari air permukaan. Dari air sungai atau mata air. Berarti kategorinya sumur pompa dalam?” kata Dedi.
Interaksi tersebut memicu perbincangan publik mengenai asal-usul air kemasan yang selama ini dipromosikan berasal dari mata air pegunungan.
