Bahlil: Penerapan Biodiesel dan Etanol Ciptakan Lapangan Kerja
Jakarta, sustainlifetoday.com — Pemerintah Indonesia terus memperkuat transisi energi dengan mendorong penggunaan bahan bakar nabati. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, mengungkapkan bahwa Indonesia kini hanya mengimpor sekitar 4,9 juta kiloliter (KL) solar per tahun, jumlah yang menurun berkat penerapan program biodiesel.
“Solar kita sekarang, kita impor itu tinggal 4,9 juta ton (KL) per tahun. Kenapa itu terjadi? Karena kita itu mampu melakukan transformasi ke biodiesel. Konsumsi solar kita per tahun 34-35 juta ton,” ujar Bahlil dikutip pada Rabu (29/10).
Program biodiesel Indonesia saat ini telah mencapai B40, yaitu campuran 40 persen minyak sawit (CPO) dengan solar. Pemerintah pun berencana melanjutkan ke tahap B50 untuk memperluas bauran energi berbasis sumber daya terbarukan.
“Jadi sekarang tinggal 4,9 juta karena kita menuju kepada B40 dan B50,” sambungnya.
Selain solar, impor bensin nasional juga masih cukup tinggi, mencapai 42 juta KL per tahun, dengan 20–23 juta KL di antaranya masih berasal dari impor. Untuk menekan angka tersebut, pemerintah menyiapkan penerapan E10, yakni bahan bakar hasil campuran 10 persen etanol dengan bensin.
“Dan ini tidak hanya sekedar untuk mempertahankan energi kita, tapi juga menciptakan lapangan pekerjaan dan pertumbuhan ekonomi di daerah-daerah. Jadi ada instrumen pertumbuhan yang bisa kita lakukan,” kata Bahlil.
Baca Juga:
- IPCM Catat Pendapatan Rp1,09 Triliun di Q3-2025, Tegaskan Komitmen Pada Prinsip Keberlanjutan
- DBS Dorong Pembiayaan Berkelanjutan sebagai Solusi Krisis Iklim Global
- Wamen LH: Perubahan Iklim Sedang Terjadi dan Benar-Benar Berbahaya
Etanol yang digunakan dalam program ini akan bersumber dari tanaman lokal seperti tebu, jagung, dan singkong. Langkah ini diharapkan dapat menguatkan ekonomi pedesaan sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil.
Bahlil juga menegaskan bahwa penggunaan etanol bukanlah hal baru di dunia. “Negara lain sudah lebih dulu menerapkan hal tersebut,” ujarnya.
Ia mencontohkan India yang telah menggunakan E30, sementara Amerika Serikat dan Thailand sudah mencapai E20. Karena itu, Bahlil meminta masyarakat tidak skeptis terhadap kebijakan ini.
“Jadi kita itu jangan selalu berpikir sesuatu yang seolah-olah ada sesuatu, sesuatu, sesuatu,” katanya.
