Unila Jadikan Konservasi Anggrek Sebagai Pilar Green Campus

Jakarta, sustainlifetoday.com – Universitas Lampung (Unila) terus memperkuat komitmennya dalam konservasi spesies anggrek endemik melalui optimalisasi Pusat Penelitian dan Pengembangan Genetik Anggrek, yang kini menjadi garda depan pelestarian keanekaragaman hayati flora Indonesia.
Melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM), Unila mengembangkan sejumlah spesies langka seperti Dendrobium phalaenopsis, Phalaenopsis amabilis, Vanda insignis, dan Vanda limbata. Fokus utama pusat ini adalah penyelamatan anggrek lokal yang terancam punah, khususnya dari kawasan seperti Kabupaten Tanggamus.
“Pusat penelitian, pengembangan, dan sumber daya genetik anggrek ini diharapkan bisa menjadi unit bisnis melalui Badan Pengelola Usaha Unila, serta dikembangkan dalam bentuk eduwisata,” ujar Rektor Unila, Prof Lusmeilia Afriani dilansir pada Selasa (22/7).
Unila juga sedang mengembangkan kampus hijau (green campus) dengan menanam anggrek hasil konservasi di berbagai titik ruang terbuka kampus sebagai bentuk nyata literasi biodiversitas di lingkungan pendidikan.
Baca Juga:
- Memahami Kehidupan hingga Kondisi Arktik Terkini dari Film “Sore: Istri dari Masa Depan”
- Howell Expo 2025 Sukses Padukan Pameran, Aktivitas, dan Edukasi Gaya Hidup Sehat
- Menuju Indonesia Emas, BMKG Perkuat Peran Strategis Hadapi Iklim Ekstrem
Dukungan inovasi turut dilakukan lewat riset intensif. Salah satu produk andalan mereka adalah ShootMore, formula berbasis Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) yang mempercepat pertumbuhan akar, tunas, dan pembungaan anggrek. Produk ini merupakan hasil eksperimen terapan yang dilakukan oleh para peneliti serta mahasiswa S-2 dan S-3.
Fasilitas seperti rumah kaca yang terbuka untuk umum juga menjadikan pusat ini sebagai ruang eduwisata sekaligus laboratorium lapangan. Komunitas internal seperti Unila Orchid Lovers (UOLS) turut aktif merancang kegiatan dan diskusi seputar konservasi anggrek.
“Pusat penelitian ini akan memperkuat peran Unila dalam konservasi lingkungan dan penguatan literasi biodiversitas, baik untuk kalangan akademisi maupun masyarakat umum,” jelas Prof Yusnita selaku Ketua Pusat Penelitian.