Studi: Krisis Air Bersih Bisa Hambat Pertumbuhan Sektor Teknologi
Jakarta, sustainlifetoday.com – Sektor teknologi global kini menghadapi tantangan kritis terkait pemanfaatan sumber daya air. Infrastruktur digital seperti pusat data (data center) dan layanan cloud dapat menghadapi risiko besar apabila ketergantungan terhadap air tidak dikelola secara berkelanjutan.
Menurut laporan Environmental and Energy Study Institute (EESI), pusat data di Amerika Serikat diperkirakan mengonsumsi hingga 449 juta galon air per hari — lebih dari 163 miliar galon per tahun — untuk kebutuhan pendinginan dan operasional.
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal npj Clean Water memperkirakan bahwa jejak air (water footprint) data center global berada dalam kisaran 1.047 hingga 151.061 m³ per terajoule energi yang dikonsumsi.
Sementara itu, riset yang dipublikasikan di arXiv melaporkan bahwa pelatihan model AI besar seperti GPT-3 dapat menguapkan hingga 700.000 liter air bersih hanya dalam satu kali pelatihan.
“Pusat data mengonsumsi air secara langsung untuk pendinginan, dalam beberapa kasus hingga 57% berasal dari air minum, dan secara tidak langsung melalui kebutuhan air dari pembangkitan listrik tak terbarukan,” sebut David Mytton npj Clean Water.
Penelitian Virginia Tech juga menunjukkan bahwa 20% pusat data di AS berada di wilayah dengan tekanan air sedang hingga tinggi.
Selain konsumsi langsung untuk pendinginan, penggunaan air juga terjadi dalam rantai energi, mulai dari pembangkitan listrik, proses fabrikasi chip, hingga distribusi energi.
Laporan Cooling Data Centres: Managing Water Use in the Age of AI and ESG mencatat bahwa hingga 25% jejak air pusat data berasal dari penggunaan langsung, sementara sisanya berasal dari rantai pasokan yang mendukung operasional teknologi.
Di Indonesia, pembangunan pusat data dan ekosistem AI tumbuh pesat. Namun, negara ini juga menghadapi tantangan pengelolaan air, terutama di wilayah urban yang menjadi lokasi utama infrastruktur digital.
Oleh karena itu, pengelolaan air menjadi faktor strategis dalam keberlanjutan sektor teknologi nasional, termasuk:
- penggunaan sistem pendinginan hemat air,
- pemanfaatan air daur ulang,
- pemilihan lokasi yang memiliki kapasitas air memadai,
- transparansi pelaporan jejak air.
Studi The Water Footprint of Data Centers memperkirakan bahwa tanpa mitigasi, ekspansi pusat data global dapat menghasilkan jejak air hingga 147 juta m³ per tahun.
Dengan meningkatnya tekanan terhadap sumber daya air global, sektor teknologi harus melihat air bukan hanya sebagai sumber operasional, melainkan sebagai komponen strategis keberlanjutan. Tanpa langkah mitigasi yang memadai, ambisi ekonomi digital dapat terhambat oleh krisis air yang tak terlihat namun signifikan.
