Relawan Muda dan PGE Karaha Kenalkan Energi Panas Bumi ke Siswa di Tasikmalaya
Jakarta, sustainlifetoday.com — Di tengah semangat transisi energi nasional menuju sumber daya yang lebih bersih, sekelompok anak muda membawa pesan besar ke ruang kelas sederhana di Tasikmalaya. Melalui pendekatan kreatif berbasis eksperimen, kegiatan edukatif bertajuk “Geothermal Goes To School” mengajarkan siswa sekolah dasar untuk memahami bagaimana panas dari perut bumi dapat diubah menjadi energi listrik.
Kegiatan ini digagas oleh Putri Mulia Hafiy Dzikrullah, akrab disapa Afide, bersama dukungan dari Pertamina Geothermal Energy (PGE) Karaha dan SRE Indonesia. Dari PGE Karaha, hadir Harwanda dari Fungsi Operasi serta Agung dari Fungsi Government and Public Relations. SRE Indonesia juga turut menyumbangkan buku edukasi panas bumi untuk siswa.
Kegiatan yang dilaksanakan di SDN Dirgahayu 1, Tasikmalaya pada Jumat (24/10) ini diikuti oleh 70 siswa kelas 5 dan 6, 11 guru pendamping, serta 21 relawan mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia, mulai dari ITS, ITB, Universitas Pertamina, Universitas Soedirman, Polban, Undip, hingga Polinema.
Berawal dari Keprihatinan
Gagasan kegiatan ini lahir dari pengalaman personal Afide selama belajar dan berinteraksi langsung dengan masyarakat sekitar area panas bumi Karaha. Ia melihat bahwa masih banyak warga yang belum memahami bagaimana panas bumi dapat dimanfaatkan menjadi sumber listrik berkelanjutan.
“Saya memiliki ketertarikan besar terhadap energi baru terbarukan (EBT), dari berbagai obrolan, saya sering mendengar bahwa masyarakat setempat masih belum memahami bagaimana panas bumi dapat diubah menjadi listrik. Salah satu guru di sekolah dasar sekitar juga menyampaikan bahwa pendidikan di daerah tersebut masih bersifat formalitas, di mana sebagian besar anak-anak setelah lulus SD memilih jalur non-akademik,” tutur Afide kepada SustainLife Today.
Melihat kondisi tersebut, ia terdorong untuk melakukan pendekatan edukatif yang lebih sederhana, interaktif, dan dekat dengan keseharian anak-anak. Ia kemudian merancang maket 3D edukatif yang menggambarkan secara nyata bagaimana energi panas bumi bisa menjadi listrik.
Membuat Energi Terbarukan Jadi Nyata di Hadapan Anak-Anak
Melalui maket eksperimen sederhana, Afide dan para relawan menjelaskan proses bagaimana air panas dari dalam bumi diubah menjadi uap, lalu dipisahkan menggunakan separator. Uap panas tersebut kemudian dialirkan menuju mini turbin yang terhubung dengan motor DC sebagai simulasi generator. Hasilnya lampu LED menyala, menjadi bukti nyata bagi anak-anak bahwa energi panas bumi bisa menghasilkan listrik.

“Saya juga menambahkan sensor untuk mengukur kecepatan putaran mini turbin (RPM) agar peserta dapat melihat hubungan langsung antara energi panas dan energi listrik yang dihasilkan. Intinya di sini mau mengajak bareng-bareng buktikan bahwa energi baru terbarukan itu nyata dan pemanfaatannya untuk listrik,” jelasnya.
Baca Juga:
- Kemenperin Dorong Industri Plastik Beralih ke Produksi Ramah Lingkungan
- PLN–KAI Percepat Elektrifikasi Jalur Kereta, Efisiensi Energi Capai 70 Persen
- Pembiayaan Hijau BCA Tembus Rp103 Triliun per September 2025
Eksperimen ini menjadi pengalaman pertama bagi para siswa melihat langsung simulasi pembangkitan listrik berbasis energi panas bumi. Mereka tampak antusias mencatat, bertanya, dan bertepuk tangan ketika lampu menyala di akhir demonstrasi.
Proses Edukasi yang Seru dan Partisipatif
Kegiatan dimulai dengan sesi registrasi, di mana setiap siswa menuliskan satu kata yang menggambarkan daerahnya di secarik sticky notes. Sebagian besar menulis kata “dingin” atau “sejuk”, menggambarkan kondisi khas Karaha. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan sambutan dari perwakilan PGE Karaha, pihak sekolah, serta sang inisiator proyek.
Sesi utama berupa materi tentang energi baru terbarukan dan pengenalan panas bumi, kemudian dilanjutkan dengan eksperimen interaktif. Di sela kegiatan, panitia juga mengadakan kuis ringan dan membagikan hadiah untuk menambah semangat siswa.

Sebagai penutup, dilakukan penyerahan simbolis maket edukatif dan buku edukasi panas bumi dari SRE Indonesia dan Pertamina Geothermal Energy kepada pihak sekolah. Kegiatan ditutup dengan dokumentasi bersama dan pesan inspiratif untuk siswa agar terus semangat belajar dan mencintai ilmu pengetahuan.
Apresiasi dan Harapan ke Depan
Kepala Sekolah SDN Dirgahayu 1, Mimin, menyampaikan rasa terima kasihnya atas kegiatan yang menginspirasi ini.
“Anak-anak senang banget acaranya seru, materinya simpel tapi ngena banget. Eksperimennya membuat anak-anak dapat gambaran mengenai uap panas bumi yang bisa jadi listrik. Anak-anak bener-bener dapet ilmu baru yang luar biasa, dan ini pertama kalinya mereka belajar materi sekeren ini,” ujarnya.
Dukungan dari pihak PGE Karaha dan SRE Indonesia menjadi bentuk nyata kolaborasi antara perusahaan energi dan komunitas pendidikan dalam mendorong literasi energi di daerah. Melalui kegiatan seperti ini, masyarakat sekitar area operasi panas bumi bisa lebih memahami potensi sumber daya alam yang mereka miliki dan bagaimana teknologi ramah lingkungan bekerja.
Bagi Afide, kegiatan ini bukan sekadar proyek kerja praktik, melainkan wujud nyata dari komitmen generasi muda terhadap masa depan keberlanjutan.
“Satu tujuan mulia: menyelamatkan masa depan anak-anak melalui pendidikan. Setiap anak berhak mendapatkan kesempatan untuk belajar, tumbuh, dan bermimpi, apa pun latar belakang mereka. Kita memang tidak bisa mengubah segalanya dalam semalam, tapi satu anak yang kembali bersemangat belajar, satu senyum yang tumbuh karena dukungan kita, satu jiwa yang mulai memahami tentang energi baru terbarukan—itu sudah berarti begitu besar bagi dunia,” tutupnya.
