Pendanaan Berbasis ESG Rebound di Eropa Seiring Meningkatnya Minat Investor

Jakarta, sustainlifetoday.com — Setelah mencatat arus keluar sebesar $11,8 miliar pada kuartal pertama tahun ini, dana berbasis lingkungan, sosial, dan tata kelola (Environmental, Social, and Governance/ESG) berhasil membalikkan arah dengan mencatat arus masuk bersih senilai $4,9 miliar pada kuartal kedua 2025. Data terbaru dari Morningstar menunjukkan bahwa pemulihan ini terutama didorong oleh lonjakan minat investor di Eropa, yang menyuntikkan dana sebesar $8,6 miliar, berbanding terbalik dengan arus keluar $7,3 miliar yang terjadi pada kuartal sebelumnya
Sementara itu, investor asal Amerika Serikat tetap skeptis terhadap pendekatan ESG, dengan mencatat kuartal ke-11 berturut-turut arus keluar sebesar $5,7 miliar. Di luar dua kawasan utama tersebut, investor global lainnya berkontribusi dengan tambahan dana bersih sebesar $2 miliar.
Kebangkitan ini terjadi di tengah ketidakpastian kebijakan ESG secara global. Di AS, kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih telah memicu serangkaian kebijakan baru yang menargetkan inisiatif-inisiatif terkait ESG, termasuk pemangkasan subsidi energi terbarukan dan kebijakan keragaman yang diperkenalkan selama pemerintahan Joe Biden.
Menurut laporan dari S&P Global Ratings, perubahan kebijakan perdagangan dan lingkungan ini meningkatkan risiko kredit di sektor-sektor seperti utilitas, energi, dan industri berat yang sangat bergantung pada regulasi stabil dan investasi modal besar. Ketidakpastian tersebut telah memaksa banyak manajer aset global untuk meredam narasi ESG mereka, bahkan di pasar seperti Eropa yang selama ini menjadi penggerak utama tren investasi berkelanjutan.
Baca Juga:
- Pertamina Hulu Energi Kembangkan Teknologi Menuju Transisi Energi Rendah Karbon
- Jakarta Siap Bangun Empat Pembangkit Listrik Tenaga Sampah
- Lewat IELF 2025, CESGS Gaungkan Peran ESG untuk Pertumbuhan Bisnis Berkelanjutan
“Meskipun terjadi tekanan terhadap ESG dan volatilitas akibat ketegangan geopolitik serta tarif AS, gambaran untuk dana ESG membaik pada kuartal terakhir,” ujar Hortense Bioy, Kepala Riset Investasi Berkelanjutan di Morningstar Sustainalytics.
lebih lanjut, dirinya juga menerangkan bahwa situasi di AS masih suram, dana ESG di wilayah lain masih menarik minat dan regulator di luar AS relatif konsisten dengan arah kebijakan mereka.
Tren pemulihan ini juga tercermin dari meningkatnya aktivitas rebranding dana di Eropa. Pada kuartal kedua saja, hampir 600 dana mengganti nama mereka untuk menyesuaikan dengan panduan baru dari European Securities and Markets Authority (ESMA). Dari total 1.346 dana yang melakukan perubahan dalam 18 bulan terakhir, 785 dana menghapus istilah seperti “ESG” atau “sustainability”, 458 mengganti dengan istilah alternatif, dan hanya 103 yang menambahkan istilah ESG dalam nama mereka.
Perubahan ini mencerminkan respons terhadap tekanan regulasi dan meningkatnya kehati-hatian dari manajer aset. Kini, banyak yang memilih istilah seperti “screened,” “transition,” “climate,” atau “committed” sebagai label yang lebih fleksibel dan tidak terlalu sensitif terhadap pergeseran kebijakan publik.
Pasar Obligasi ESG Melambat
Di sisi lain, pasar utang berlabel ESG menunjukkan tren sebaliknya. Sustainable Fitch melaporkan bahwa penerbitan obligasi hijau, sosial, dan terkait keberlanjutan secara global turun 25% year-on-year menjadi $440 miliar dalam enam bulan pertama 2025. Penerbitan green bonds saja anjlok $100 miliar atau 32%, dengan porsi obligasi ESG dalam keseluruhan pasar global juga turun menjadi 10,2% dari 11,7% pada tahun 2024.
Ketidakpastian regulasi, baik di AS maupun Eropa, disebut sebagai penyebab utama perlambatan ini. Selain itu, kondisi makroekonomi dan ketegangan geopolitik global membuat banyak penerbit menunda rencana belanja modal mereka.
Meski menghadapi tantangan, optimisme tetap ada. Lonjakan produk berkelanjutan di Asia Tenggara dan penguatan regulasi di kawasan seperti Inggris—yang telah mengesahkan 110 dana dengan label keberlanjutan resmi berdasarkan aturan Sustainability Disclosure Requirements (SDR), menandakan bahwa minat terhadap strategi berkelanjutan belum surut.