Mundur dari Net-Zero Banking Alliance, HSBC Tuai Krtik Keras

Jakarta, SustainLife Today — HSBC resmi mengumumkan pengunduran dirinya dari Net-Zero Banking Alliance (NZBA), aliansi iklim global yang didukung PBB dan merupakan bagian dari Glasgow Financial Alliance for Net Zero (GFANZ). Langkah ini menyusul jejak sejumlah bank besar lainnya seperti JPMorgan Chase, Citi, Morgan Stanley, Macquarie, dan Bank of Montreal, yang mundur dalam 12 bulan terakhir.
Meski keluar dari aliansi tersebut, HSBC menegaskan tetap berkomitmen mencapai emisi nol bersih (net-zero) di seluruh operasional bisnisnya pada 2050. Pihak bank menyatakan bahwa kerangka kerja yang dibentuk NZBA telah membantu menetapkan target emisi, namun kini landasan tersebut dianggap sudah cukup kuat untuk dilanjutkan secara mandiri. HSBC juga berencana merilis strategi transisi terbaru dalam waktu dekat.
Langkah mundur ini terjadi di tengah perubahan strategi iklim HSBC secara lebih luas. Pada Februari lalu, bank ini mencabut target pengurangan emisi tahun 2030 untuk operasional dan rantai pasoknya, dengan alasan lambatnya transisi di sektor riil. Dalam laporan tahunan 2025, HSBC mengakui bahwa dekarbonisasi rantai pasok berjalan lebih lambat dari yang diperkirakan, dan sebagai konsekuensinya, bank akan lebih mengandalkan kompensasi karbon serta menunda target net-zero operasional, perjalanan, dan rantai pasok hingga 2050.
Perubahan lainnya termasuk penghapusan posisi Chief Sustainability Officer dari jajaran dewan eksekutif pada Oktober 2024, sebagai bagian dari restrukturisasi tata kelola yang merampingkan jumlah anggota dewan dari 16 menjadi 12 orang.
Baca Juga:
- Hujan di Musim Kemarau Jadi Alarm Krisis Iklim, Greenpeace Kritik Pemerintah
- Wali Kota Palembang Dorong UMKM Gunakan Kemasan Ramah Lingkungan
- PBB Rilis Daftar 48 Perusahaan yang Terlibat dalam Krisis di Gaza
Keputusan HSBC ini menuai kritik tajam dari kalangan investor. Jeanne Martin, Co-Director of Corporate Engagement di ShareAction menyatakan,
“Kami mengecam keras keputusan HSBC untuk keluar dari NZBA, yang menjadi sinyal mengkhawatirkan terkait komitmen bank terhadap krisis iklim. Ini mengirimkan pesan kontra-produktif kepada pemerintah dan perusahaan, justru di tengah meningkatnya risiko finansial akibat pemanasan global.”
Martin juga mengungkapkan bahwa para pemegang saham yang mengelola aset senilai £1,2 triliun baru-baru ini mendesak HSBC untuk memperkuat komitmen iklimnya, bukan mundur dari ambisi tersebut.
Langkah HSBC terjadi hanya beberapa minggu setelah NZBA melonggarkan persyaratannya. Jika sebelumnya anggota wajib sejalan dengan target pembatasan kenaikan suhu global hingga 1,5°C dan mencapai net-zero pada 2050, kini target tersebut hanya menjadi panduan tidak mengikat, dengan sasaran lebih longgar yakni “menjaga suhu di bawah 2°C dan berupaya mencapai 1,5°C” sebagaimana tertuang dalam Perjanjian Paris 2015.
Perubahan ini muncul setelah tinjauan strategi selama setahun, dan disetujui mayoritas dari 129 anggota NZBA. Banyak analis menyebut pelonggaran ini sebagai respons terhadap tekanan politik dan regulasi yang meningkat, terutama di Amerika Serikat, di mana inisiatif ESG menghadapi penolakan dari kalangan legislatif konservatif. Efeknya bahkan mulai terasa di Eropa, di tengah perubahan kebijakan ESG oleh Komisi Eropa.
Dengan mundurnya sejumlah lembaga keuangan besar dari aliansi ini, pengawasan terhadap implementasi komitmen iklim perbankan global diperkirakan akan semakin ketat dalam waktu dekat.