Dari AI hingga Krisis Iklim, SBY Soroti Ancaman Baru bagi Dunia

Jakarta, sustainlifetoday.com – Presiden ke-6 Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), menyampaikan pidato peradaban bertajuk “World Disorder and The Future of Our Civilization” di Jakarta, Rabu (30/7). Dalam forum tersebut, SBY menyoroti beragam tantangan besar yang mengancam keberlanjutan peradaban global, mulai dari krisis iklim, kecerdasan buatan (AI), hingga disinformasi digital.
“Yang saya sampaikan ini merupakan pandangan pribadi saya. Pandangan ini berangkat dari perjalanan panjang saya dalam menjalani studi dan kemudian mempraktikannya dalam dunia nyata,” ujar SBY dalam pembukaannya.
Ia mengulas bagaimana perkembangan teknologi seperti AI dan krisis lingkungan menjadi ancaman baru yang belum sepenuhnya mampu dikelola oleh peradaban modern.
“Apa itu? Hadirnya kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), disinformasi digital, dan ancaman seperti krisis iklim dan senjata biologis,” kata SBY.
Dalam pidatonya, ia juga mengutip sejarawan dan penulis terkenal Yuval Noah Harari yang berbunyi “We are now powerful enough to destroy our entire civilization, but not wise enough to control our own powers. It is about power, how to use of power, and how to control the powers.”
Bagi SBY, kutipan tersebut menjadi peringatan penting bagi para pemimpin dunia. Ia menegaskan bahwa kekuasaan yang tidak disertai kebijaksanaan dapat berujung pada kehancuran peradaban.
Baca Juga:
- Afghanistan Minta Dilibatkan dalam COP30, Taliban: Kami Korban Krisis Iklim
- Hari Harimau Internasional 2025, Refleksi Bersama untuk Menjaga Ekosistem
- Indonesia Siap Luncurkan NDC 3.0 Jelang COP30, Fokus pada Transisi Hijau
“Jangan bermain-main dengan kekuasaan dan jangan menyalahgunakan kekuasaan sebagaimana perkataan Lord Acton, ‘Power tends to corrupt, absolute power tends to corrupt absolutely’,” tegasnya.
SBY juga menekankan bahwa ketahanan peradaban tidak hanya ditentukan oleh kekuatan militer atau dominasi ekonomi, tetapi oleh nilai moral, solidaritas sosial, dan kemampuan beradaptasi.
“Mereka yang bertahan bukanlah yang paling kuat secara fisik, tapi yang paling mampu mengelola perubahan,” ujarnya.
Mengutip Gene Roddenberry, produser Star Trek, SBY mengatakan: “The strength of a civilization is not measured by its ability to fight wars but rather by its ability to prevent them.” Baginya, mencegah konflik adalah indikator sejati kematangan suatu peradaban.