Air Hujan Mengandung Mikroplastik, KKP: Bahaya bagi Kesehatan dan Ekosistem Laut
Jakarta, sustainlifetoday.com — Menteri Kelautan dan Perikanan (KP) Sakti Wahyu Trenggono mengungkapkan bahaya air hujan yang kini mengandung mikroplastik terhadap kesehatan manusia. Fenomena ini menunjukkan semakin meluasnya pencemaran plastik yang berdampak pada laut dan rantai makanan.
“BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) beberapa waktu yang lalu pernah menyampaikan air hujannya sudah mengandung mikroplastik. Jadi artinya plastik ini kalau dia larut ke laut, dari darat lalu larut ke laut, dia akan menjadi mikroplastik dimakan oleh ikan dan kemudian berbahaya buat manusia,” ujar Trenggono, dikutip Rabu (29/10).
Menurutnya, polusi mikroplastik menjadi salah satu perhatian global yang kini juga dihadapi Indonesia. Kondisi ini memperumit tantangan pengelolaan laut nasional di tengah upaya menjaga keberlanjutan ekosistem dan ketahanan pangan.
Trenggono menyampaikan, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah menyiapkan lima kebijakan utama untuk menjaga keseimbangan laut. Di antaranya perlindungan ruang konservasi, pengaturan penangkapan ikan secara terukur, dan pengembangan budidaya berkelanjutan.
Ia menekankan pentingnya menjaga kawasan konservasi laut yang kini mencapai 29 juta hektare, karena aktivitas kapal penangkap ikan dapat mengganggu siklus pemijahan biota laut.
Baca Juga:
- Galagak, Game Karya Anak Bangsa yang Bawa Pesan Keberlanjutan dan Kesadaran Iklim
- Kementerian PU Fokus Tangani Gunung Sampah Bantar Gebang, Dorong Konversi Jadi Energi
- Kemendes Dorong Pengembangan Pewarna Alami Sebagai Potensi Ekonomi Hijau
“Kita sudah ada MoU dengan IMO (Organisasi Maritim Internasional) bahwa di ruang-ruang konservasi itu ada peta sehingga seluruh kapal, baik kapal niaga, kapal angkut, apalagi kapal perikanan, itu tidak boleh crossing atau mendekat,” katanya.
Selain itu, Trenggono menilai potensi ekonomi biru Indonesia bergantung pada pengelolaan sektor budidaya laut, pesisir, dan darat yang berkelanjutan. Namun, ia mengingatkan tekanan terhadap sumber daya alam terus meningkat seiring pertumbuhan populasi dunia dan kebutuhan protein yang melonjak.
“Pertumbuhan umat manusia terus eksponensial, jadi daya dukung bumi kan cuma segini. Menurut FAO, tahun 2050 akan meningkat menjadi 70 persen peningkatan kebutuhan protein. Kalau enggak kita jaga dengan baik, maka dia akan intervensi ekonomi itu dan ujung-ujungnya akan hancur,” ujarnya.
Sebelumnya, peneliti BRIN Muhammad Reza Cordova mengungkapkan hasil penelitian sejak 2022 yang menemukan partikel mikroplastik di setiap sampel air hujan di Jakarta.
“Yang beracun bukan air hujannya, tetapi partikel mikroplastik di dalamnya karena mengandung bahan kimia aditif atau menyerap polutan lain,” tulisnya dalam keterangan resmi BRIN.
