Bank Dunia: Kerusakan Alam Jadi Bom Waktu Ekonomi Global

JAKARTA, sustainlifetoday.com — Bank Dunia kembali menegaskan bahwa kerusakan lingkungan tidak hanya berdampak pada krisis iklim, tetapi juga menjadi penghambat utama bagi pertumbuhan ekonomi global.
Dalam laporan berjudul “Reboot Development: The Economics of a Livable Planet”, ditemukan bahwa 90 persen populasi dunia saat ini tinggal di wilayah yang mengalami degradasi lahan, udara yang tercemar, atau kelangkaan air. Kondisi ini paling parah di negara-negara berpenghasilan rendah, di mana delapan dari sepuluh orang bahkan tidak memiliki akses terhadap ketiga kebutuhan dasar tersebut.
Laporan itu menggarisbawahi besarnya kerugian ekonomi akibat kerusakan lingkungan. Deforestasi misalnya, tidak hanya menghancurkan ekosistem, tetapi juga mengganggu pola curah hujan yang memicu kekeringan dengan kerugian miliaran dolar setiap tahunnya.
Begitu pula dengan penggunaan pupuk nitrogen yang berlebihan, yang menyebabkan degradasi ekosistem dan menimbulkan kerugian hingga 3,4 triliun dolar AS per tahun. Polusi udara dan air pun diam-diam menurunkan produktivitas sekaligus menggerus kemampuan kognitif manusia.
“Apabila negara-negara melakukan investasi yang tepat sekarang, sistem alam dapat dipulihkan, yang akan memberikan manfaat besar bagi pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja,” ujar Axel van Trotsenburg, Direktur Pengelola Senior Bank Dunia dilansir dari ESG News pada Senin (15/9).
“Laporan ini memberikan cara pandang baru terhadap tantangan lingkungan bukan sebagai hambatan, melainkan sebagai kesempatan untuk pembangunan yang lebih cerdas,” tambahnya.
Meski tantangannya besar, laporan Bank Dunia juga menawarkan jalur solusi. Efisiensi penggunaan sumber daya alam disebut mampu menekan polusi hingga setengahnya. Pemanfaatan nitrogen yang lebih bijak dapat memberikan keuntungan hingga 25 kali lipat dari biayanya sekaligus meningkatkan hasil panen.
Baca Juga:
- Hadapi 8.000 Ton Sampah Per Hari, Pemprov Banten dan KLH Gelar Rapat Koordinasi
- Yusril: DPR akan Siapkan RUU Baru Perampasan Aset
- Menuju Transportasi Hijau, Pemerintah dan BUMN Genjot Transisi Energi
Solusi sederhana seperti klorinasi air minum bahkan berpotensi menyelamatkan 25 persen anak-anak yang rentan meninggal akibat penyakit bawaan air. Sementara itu, sistem “pasar polusi” dinilai menjanjikan, karena setiap investasi 1 dolar AS bisa menghasilkan imbal balik antara 26 hingga 215 dolar AS.
Lebih jauh, laporan ini juga menekankan bahwa pertumbuhan ekonomi berkelanjutan bukanlah utopia. Negara-negara yang berhasil menunjukkan setidaknya tiga kunci: pemanfaatan teknologi real-time seperti monitor udara dan data satelit untuk pengambilan keputusan, kebijakan lintas sektor yang terintegrasi, serta pemantauan berkelanjutan agar kebijakan tetap adaptif.
Pada akhirnya, Bank Dunia menegaskan bahwa melindungi alam bukan sekadar agenda konservasi, tetapi investasi ekonomi strategis dengan imbal hasil tinggi bagi pertumbuhan, lapangan kerja, serta ketahanan jangka panjang.