Toyota dan Pertamina Bangun Pabrik Bioetanol di Lampung, Bahlil: Semakin Banyak, Semakin Bagus
Jakarta, sustainlifetoday.com — Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan bahwa Toyota bersama PT Pertamina (Persero) akan membangun pabrik bioetanol di Lampung dengan nilai investasi mencapai Rp2,5 triliun.
“Semakin banyak yang membangun, semakin bagus,” kata Bahlil di Jakarta, Selasa (11/11).
Pabrik tersebut direncanakan memiliki kapasitas produksi hingga 60.000 kiloliter bioetanol per tahun, dan ditargetkan perusahaan patungan sudah terbentuk pada awal 2026.
Direktur Utama Pertamina, Simon Aloysius Mantiri, menegaskan bahwa proyek ini telah melalui kajian komprehensif dan mendapat dukungan lintas sektor.
“Jadi tentunya kita melihat semua kesiapan infrastruktur, regulasi, dan tentunya semua keputusan yang kita ambil sudah melalui kajian yang panjang. Dan mendapat dukungan dari semua pihak,” ujarnya.
Baca Juga:
- Bangga Produk Lokal, JMFW 2026 Buka Jalan Modest Fashion Indonesia ke Pasar Dunia
- Kementerian Kehutanan Kembalikan Fungsi Ekologis di Seblat, Kawasan Kritis Direhabilitasi
- Viral Motor Ngadat di Jatim, Pertamina Bantah Pertalite Mengandung Etanol dan Air
Pembangunan pabrik bioetanol di Lampung sebelumnya juga disampaikan oleh Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi Todotua Pasaribu. Ia menjelaskan, proyek tersebut merupakan bagian dari langkah pemerintah menjelang penerapan mandatori E10 pada 2027 — yaitu kebijakan pencampuran bahan bakar minyak (BBM) dengan 10 persen bioetanol.
Menurut Todotua, kebutuhan BBM dalam negeri saat ini mencapai sekitar 40 juta kiloliter per tahun, sehingga pembangunan fasilitas produksi bioetanol menjadi krusial untuk mendukung ketahanan energi nasional.
“Dengan kewajiban E10 maka setidaknya Indonesia membutuhkan sekitar 4 juta kiloliter bioetanol di 2027, agar tidak kehilangan momentum maka persiapan pembangunan pabrik pendukung harus dimulai dari sekarang,” ujarnya.
Langkah kolaboratif antara Toyota, Pertamina, dan pemerintah ini dinilai dapat memperkuat ekosistem energi hijau nasional, sekaligus mendorong hilirisasi berbasis biomassa yang berpotensi membuka lapangan kerja dan memperluas investasi berkelanjutan di sektor energi.
