Pemerintah Targetkan Penurunan Emisi Industri 6,79 Juta Ton pada 2026

Jakarta, sustainlifetoday.com — Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan komitmen pemerintah mendorong transformasi menuju industri hijau. Dalam Rapat Kerja bersama Komisi VII DPR RI di Jakarta, Rabu (3/9), Agus menyampaikan target penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 6,79 juta ton CO₂ equivalent pada 2026.
Menurut Agus, langkah tersebut menjadi bagian dari arah kebijakan dan program prioritas Kementerian Perindustrian tahun depan. Upaya ini berjalan seiring dengan sasaran pertumbuhan industri pengolahan nonmigas sebesar 6,52 persen, kontribusi 18,66 persen terhadap PDB, serta ekspor 74,85 persen dari total nasional.
“Target ini mencerminkan tekad pemerintah menjadikan industri sebagai penggerak utama perekonomian nasional. Pertumbuhan industri tidak hanya diarahkan untuk memperkuat struktur ekonomi, tetapi juga untuk memberikan manfaat langsung bagi masyarakat melalui penciptaan lapangan kerja, peningkatan ekspor, serta penguatan daya saing,” ujar Agus dalam keterangan tertulisnya dilansir, Kamis (4/9).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, sektor manufaktur menghasilkan sekitar 297,2 juta ton CO₂ pada 2023. Dengan demikian, target penurunan sebesar 6,79 juta ton CO₂e pada 2026 diperkirakan dapat memangkas sekitar 2–3 persen dari total emisi industri.
World Bank mencatat sektor industri menyumbang 34 persen dari total emisi nasional (674,5 juta ton CO₂e). Sementara itu, data Climate TRACE menunjukkan adanya penurunan emisi bertahap di awal 2025 (–0,32 persen pada Januari dan –0,72 persen pada Februari).
Untuk mencapai target tersebut, Kemenperin menyiapkan sejumlah program prioritas, termasuk efisiensi energi, penerapan teknologi bersih, serta prinsip keberlanjutan dalam proses produksi.
Program lain meliputi restrukturisasi mesin, penguatan vokasi untuk SDM kompeten, serta pengembangan industri halal dan pemanfaatan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).
Agus menegaskan bahwa resiliensi sektor manufaktur menjadi modal kuat dalam menghadapi dinamika global.
“Manufaktur kita mempunyai resiliensi yang tinggi. Walaupun dihadapkan dengan berbagai dinamika dan tantangan, resiliensi industri sudah terbukti dan ini menjadi dasar optimisme bagi percepatan pertumbuhan,” ucapnya.
Ia juga menyoroti peluang pasar ekspor sebagai kekuatan utama produk manufaktur Indonesia.
“Yang kuat dari produk manufaktur kita adalah pasar ekspor, yang terus-menerus menunjukkan peningkatan. Hal ini menjadi baseline dan dasar optimisme bagi peluang usaha nasional,” imbuhnya.
Seluruh strategi Kemenperin dirancang sejalan dengan agenda pembangunan nasional dan ASTA CITA Presiden Prabowo Subianto, dengan dukungan DPR RI diharapkan mampu menjadi pijakan menuju visi Indonesia Emas 2045.