Pegadaian dan PNM Latih Difabel Bantul Berwirausaha Lewat Batik dan Digital Marketing

Jakarta, SustainLife Today — Komitmen terhadap pemberdayaan kelompok rentan kembali ditunjukkan oleh PT Pegadaian dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM) melalui pelatihan membatik dan pemasaran digital bagi 50 penyandang disabilitas di Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Kegiatan ini berlangsung di Markas Komunitas Difabelzone Yogyakarta, Wijirejo, Pandak, pada Senin (7/7/2025), sebagai bagian dari program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) BUMN Hijau.
Program ini tak hanya mengajarkan teknik membatik, tetapi juga mencakup pelatihan manajemen usaha, promosi produk, dan literasi keuangan. “Harapannya melalui kegiatan ini, kelompok difabel mendapatkan peluang ekonomi digital serta menciptakan mata pencaharian berkelanjutan,” kata Deputi Bisnis PT Pegadaian Area Yogyakarta, Mushonif.
Sebagai bentuk dukungan konkret, Pegadaian juga menyalurkan bantuan alat produksi berupa mesin jahit dan mesin bros kepada Komunitas Difabelzone. Bantuan diberikan secara bertahap mengikuti perkembangan usaha dan pendampingan yang berjalan.
Baca Juga:
- Hujan di Musim Kemarau Jadi Alarm Krisis Iklim, Greenpeace Kritik Pemerintah
- Menlu Sugiono Sebut ASEAN Mesti Jadi Magnet Investasi Berkelanjutan
- PBB Rilis Daftar 48 Perusahaan yang Terlibat dalam Krisis di Gaza
Pemimpin PT Pegadaian Kanwil XI Semarang, Edy Purwanto menambahkan, “Perusahaan tidak selalu mengutamakan bisnis semata, tetapi juga berupaya memberikan kemanfaatan kepada masyarakat luas.” Inisiatif ini juga diarahkan untuk melestarikan budaya batik sebagai sumber ekonomi kreatif yang inklusif.
Program ini turut mendukung pencapaian lima Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), yaitu: pendidikan berkualitas (SDG 4), pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi (SDG 8), mengurangi ketimpangan (SDG 10), konsumsi dan produksi bertanggung jawab (SDG 12), dan kemitraan untuk tujuan (SDG 17).
Melalui pelatihan dan dukungan usaha yang berkelanjutan, Pegadaian dan PNM menegaskan pentingnya membangun ekonomi inklusif dari komunitas paling rentan, agar mereka tumbuh sebagai pelaku usaha mandiri dan kompetitif.