Krisis Iklim Ancam Rusa Kutub, Populasi Bisa Turun 80% Akhir Abad Ini

JAKARTA, sustainlifetoday.com — Rusa kutub, ikon kehidupan liar Arktika, kini berada di ambang krisis populasi besar-besaran. Penelitian terbaru yang dipimpin Universitas Adelaide, Australia, memperkirakan penurunan hingga 80 persen pada 2100 jika pemanasan global tidak ditekan secara signifikan.
Dengan menganalisis fosil, DNA purba, dan model iklim, para ilmuwan menelusuri perjalanan adaptasi hewan herbivora zaman es ini selama 21.000 tahun terakhir. Temuan mereka mengungkap kenyataan pahit, yaitu perubahan iklim telah memangkas hampir dua pertiga populasi rusa kutub global hanya dalam tiga dekade terakhir.
“Penelitian ini menunjukkan bahwa populasi rusa kutub mengalami penurunan besar selama periode pemanasan iklim yang cepat, namun kerusakan yang diperkirakan akan terjadi dalam beberapa dekade mendatang akibat perubahan iklim di masa depan kemungkinan akan jauh lebih parah dibandingkan sebelumnya,” ujar Elisabetta Canteri, peneliti utama dari Universitas Adelaide dan Universitas Kopenhagen dilansir Xinhua pada Jumat (15/8).
Associate Professor Damien Fordham memperingatkan, tanpa langkah pengurangan emisi yang tegas dan percepatan konservasi, karibu di Amerika Utara juga bisa menyusut hingga 80 persen di akhir abad ini.
Baca Juga:
- Satu-satunya dari Asia Tenggara, Sociopreneur Asal RI Ini Ditunjuk Jadi Penasihat Muda Sekjen PBB untuk Iklim
- KLH Dorong Program Konversi Sampah Jadi Sumber Energi Listrik
- Pelindo Tingkatkan Layanan Terminal LNG Benoa untuk Dukung Energi Bersih Bali
Penurunan populasi ini bukan sekadar ancaman bagi satu spesies. Hilangnya rusa kutub dapat memicu runtuhnya jaring kehidupan Arktika seperti berkurangnya keanekaragaman tanaman tundra, pelepasan karbon dari permafrost, hingga percepatan pemanasan global yang mengancam ekosistem global.
“Selama ribuan tahun, kesejahteraan spesies kita sendiri telah diuntungkan secara langsung dari populasi rusa kutub dan karibu yang sehat. Saat ini, lebih dari sebelumnya, kita perlu memastikan kesejahteraan mereka sebagai balasannya,” ujar Profesor Eric Post dari University of California Davis yang juga terlibat dalam penelitian tersebut.