KLH Dorong Program Konversi Sampah Jadi Sumber Energi Listrik

Jakarta, sustainlifetoday.com – Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) tengah memperkuat langkah inovatif dalam pengelolaan sampah dengan mengubahnya menjadi sumber energi listrik. Program ini diharapkan menjadi solusi berkelanjutan untuk mengurangi timbunan sampah sekaligus mendukung transisi energi bersih di Indonesia.
“Saat ini Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto sangat konsentrasi dalam mengelola sampah dengan baik,” kata Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK, Rasio Ridho Sani, saat membuka sosialisasi Kebijakan dan Pelaksanaan Pembinaan TPA Tahun 2025 di Pangkalpinang, Selasa (12/8).
Menurut Rasio, Presiden Prabowo telah beberapa kali menggelar rapat khusus membahas rencana pengelolaan 12 persen dari total sampah plastik di Indonesia menjadi listrik.
“PLN akan beli listrik bersumber dari pengelolaan sampah ini dan ini akan disupport dari Daya Anagata Nusantara (Danatara),” ujarnya.
Baca Juga:
- Green SM Ajak Anak Muda Dapat Cuan dari Konten Peduli Bumi, Ini Caranya
- Kemenhut: Indonesia Temukan 19 Spesies Baru Flora dan Fauna Sepanjang 2025
- Hari Gajah Sedunia 2025, Kapolda Riau Ajak Masyarakat Jaga Gajah Sumatera
Untuk membangun fasilitas pengolahan sampah menjadi listrik, dibutuhkan pasokan minimal 10.000 ton sampah per hari. Rasio menjelaskan bahwa wilayah dengan jumlah penduduk di atas dua juta jiwa berpotensi menjadi lokasi pembangunan, dengan asumsi rata-rata satu orang menghasilkan 50 kilogram sampah per hari.
“Kalau Kepulauan Babel sendiri belum termasuk wilayah pembangunan fasilitas pengelolaan sampah menjadi energi listrik ini, karena jumlah sampah yang dihasilkan masih di bawah 10.000 ton per hari,” jelasnya.
Berdasarkan data KLH, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki populasi sekitar 1,5 juta jiwa, sehingga belum memenuhi kriteria. Volume sampah di provinsi ini tercatat 483,74 ton per bulan, dengan pengelolaan di TPA yang tersebar di tujuh wilayah hanya mencakup 200 ton per bulan atau sekitar 45,18 persen dari total produksi sampah.
Rasio juga mengungkapkan bahwa rumah tangga menjadi penyumbang terbesar sampah di TPA.
“Lebih dari 50 persen sampah di TPA daerah merupakan sampah sisa-sisa makanan rumah tangga,” katanya.
Ia menambahkan, sampah organik rumah tangga memiliki potensi diolah menjadi kompos bernilai ekonomis, yang dapat menjadi solusi tambahan untuk mengatasi permasalahan sampah, khususnya di daerah dengan volume sampah yang belum memenuhi kapasitas pembangunan fasilitas listrik berbasis sampah.