KADIN-IOM Luncurkan Climate Catalytic Fund, Dorong Adaptasi Iklim di Indonesia

JAKARTA, sustainlifetoday.com — Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia bersama International Organization for Migration (IOM) resmi meluncurkan Climate Catalytic Fund (CCF), sebuah mekanisme pendanaan inovatif untuk mempercepat solusi adaptasi perubahan iklim di Indonesia.
Peluncuran ini dihadiri lebih dari 85 perwakilan pemerintah, swasta, lembaga internasional, media, dan organisasi masyarakat sipil. Inisiatif ini merupakan tindak lanjut dari penandatanganan MoU antara KADIN dan IOM pada Agustus 2025, sekaligus menjadi tonggak kolaborasi lintas sektor dalam menjawab tantangan perubahan iklim, migrasi, dan keberlanjutan ekonomi di Asia Pasifik.
Ketua Umum KADIN Indonesia, Anindya Novyan Bakrie, menegaskan pentingnya peran strategis dunia usaha dalam mendorong transisi hijau dan membangun ketangguhan terhadap bencana.
“CCF menghadirkan model kemitraan strategis yang dapat menyatukan pemangku kepentingan untuk mendorong dekarbonisasi, elektrifikasi, sekaligus menjaga biodiversitas. Melalui pendanaan ini, kita menggerakkan seluruh komponen ekonomi swasta, BUMN, UMKM, hingga koperasi menuju visi Indonesia Incorporated dan pembangunan berkelanjutan,” ungkap Anindya dalam keterangan yang diterima, Rabu (1/10).
Sementara itu, Jeffrey Labovitz, Chief of Mission IOM Indonesia, menekankan urgensi keterlibatan sektor swasta.
“Perpindahan penduduk akibat iklim adalah isu mendesak yang mempengaruhi jutaan orang. Kita membutuhkan kemitraan dunia usaha untuk memobilisasi dana adaptasi iklim, memastikan investasi mengalir ke solusi yang berkelanjutan dan inklusif,” ucapnya.
Baca Juga:
- BMKG: Perubahan Iklim Nyata, Pemerintah Harus Siapkan Infrastruktur Tangguh
- Diduga Selewengkan Keahlian, TA Cagar Budaya Diadukan ke 3 Instansi
- Laporan EEA: Krisis Iklim Makin Parah, Ekonomi Eropa di Ujung Tanduk
Dalam seminar yang berlangsung, sejumlah pihak menyoroti pendanaan iklim sebagai isu strategis. IOM menekankan pentingnya regulasi kuat, perencanaan keuangan matang, serta kolaborasi antarpemangku kepentingan. KADIN menambahkan pentingnya konsep business help business untuk menjangkau UMKM dan usaha informal yang sering terlewat dalam program pendanaan.
Pemerintah juga memaparkan strategi mitigasi risiko. Kementerian Keuangan menekankan penerapan asuransi untuk aset Barang Milik Negara, sedangkan BNPB menyoroti kebutuhan risk mapping assessment yang akurat, terutama untuk daerah rawan bencana seperti NTT.
Dari sektor korporasi, komitmen adaptasi iklim ditunjukkan berbagai BUMN dan swasta. PLN berbagi pengalaman menghadapi gangguan pasokan akibat kekeringan, petir, dan longsor, sementara Pertamina menampilkan program Desa Energi Berdikari. KADIN sendiri menyoroti gotong royong renovasi rumah terdampak bencana, dan Astra International memperkenalkan inisiatif CSR berbasis teknologi ramah lingkungan.
Wakil Ketua Umum KADIN Bidang Sosial dan Penanggulangan Bencana, Suryani Motik, menegaskan kesiapsiagaan bencana sebagai fondasi pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
“Kami percaya bisnis bisa membantu bisnis lainnya. Dengan solidaritas dan kesiapan, pengusaha kecil dapat bertahan dan bangkit pasca bencana,” ujarnya.
Peluncuran CCF menegaskan peran strategis KADIN sebagai rumah besar dunia usaha, bukan hanya dalam mendorong ekonomi hijau, tetapi juga memperkuat ketahanan bisnis di semua tingkatan. Melalui sinergi publik, swasta, UMKM, dan komunitas, CCF diharapkan menjadi model kolaborasi efektif menuju Indonesia Emas 2045 yang berkelanjutan, inklusif, dan tangguh.