Indonesia Tampilkan Diplomasi Hijau di COP30, FOLU Jadi Tulang Punggung
Jakarta, sustainlifetoday.com — Paviliun Indonesia resmi dibuka dalam Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (COP30) yang berlangsung di Balem, Brasil. Paviliun ini menjadi ajang soft diplomacy Indonesia dalam rangkaian Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim ke-30, menampilkan berbagai inisiatif dan inovasi nasional di bidang lingkungan hidup, kehutanan, dan energi berkelanjutan.
Utusan Khusus Presiden Bidang Energi dan Lingkungan Hidup, Hashim Djojohadikusumo, menegaskan pentingnya sektor kehutanan dan penggunaan lahan (Forestry and Other Land Uses / FOLU) sebagai bagian kunci dari strategi mitigasi perubahan iklim Indonesia.
“Kita memiliki kewajiban untuk mengelola sektor ini dengan lebih hati-hati. Karena menjadi tulang punggung bagi keanekaragaman hayati, pasar karbon, dan pencapaian target mitigasi iklim,” kata Hashim dalam keterangannya persnya, Selasa (11/11).
Hashim menjelaskan bahwa sektor FOLU memiliki peran strategis global karena menjadi dasar dalam perundingan Pasal 6.4 Perjanjian Paris, yang mengatur mekanisme kerja sama internasional dalam perdagangan karbon.
“Visi kami menjadikan Indonesia pusat global pasar karbon berintegritas tinggi, yang menghasilkan dampak iklim nyata dan terukur. Sekaligus menciptakan lapangan kerja hijau, penghidupan berkelanjutan, dan komunitas yang tangguh,” ucapnya.
Baca Juga:
- Soeharto Resmi Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional di Tengah Bayang-Bayang Korupsi dan Pelanggaran HAM
- Tolak Soeharto Jadi Pahlawan Nasional, Aktivis Lingkungan: Jangan Hapus Luka Ekologi Bangsa!
- Viral Motor Ngadat di Jatim, Pertamina Bantah Pertalite Mengandung Etanol dan Air
Menurut Hashim, Paviliun Indonesia di COP30 juga menjadi simbol perluasan diplomasi iklim nasional — tempat untuk berbagi pengalaman, mendorong kolaborasi lintas negara, serta menampilkan praktik baik lintas sektor dalam pengelolaan lingkungan.
“Indonesia berkomitmen memimpin aksi iklim global melalui pendekatan berbasis hutan dan lahan berkelanjutan. Serta, memperkuat posisi sebagai negara tropis dengan kontribusi nyata dalam upaya pengendalian perubahan iklim dunia,” ujar Hashim.
Sementara itu, Wakil Menteri Kehutanan Rohmat Marzuki menambahkan bahwa sektor kehutanan memiliki peran strategis dalam mencapai target pengurangan emisi nasional. Salah satunya melalui program FOLU Net Sink 2030, yang menargetkan penyerapan emisi lebih besar daripada pelepasannya.
“Melalui Paviliun Indonesia, Kementerian Kehutanan ingin menunjukkan bahwa pengelolaan hutan Indonesia tidak hanya tentang menjaga tutupan hutan. Tetapi juga tentang menjaga keadilan sosial dan kesejahteraan masyarakat di dalamnya,” ujar Rohmat.
Paviliun Indonesia menampilkan delapan sesi tematik, meliputi isu mangrove, perdagangan karbon, energi terbarukan, penguatan peran masyarakat adat, hingga pemulihan gambut. Melalui agenda ini, Indonesia menegaskan komitmennya untuk memperkuat diplomasi lingkungan dan menunjukkan langkah konkret menuju transisi hijau berkeadilan.
