Indonesia Serius Bangun Pasar Karbon, Targetkan Penurunan Emisi hingga 43,20%

JAKARTA, sustainlifetoday.com — Pemerintah Indonesia kembali menegaskan komitmennya dalam memperluas nilai ekonomi karbon sebagai strategi utama menekan emisi gas rumah kaca (GRK). Langkah ini diharapkan tidak hanya menjaga lingkungan, tetapi juga mendorong lahirnya pembiayaan berkelanjutan di berbagai sektor.
Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq menyampaikan bahwa pemerintah telah menyiapkan sejumlah kebijakan penting untuk memperkuat ekosistem perdagangan karbon Indonesia.
“Suatu langkah yang sangat ambisius, yang akan kita lakukan bersama. Semua prosedur, semua cara yang mengharuskan menteri untuk melakukan itu telah kami lakukan. Kami sangat serius untuk membangun perdagangan karbon Indonesia yang memiliki integritas, namun kami juga membuka peluang pasar sebesar-besarnya untuk mendorong pembiayaan pembangunan di dalam rangka penurunan emisi gas rumah kaca,” ujarnya, Selasa (16/9).
Indonesia meningkatkan ambisinya dengan target penurunan emisi 32,89% melalui upaya sendiri, dan hingga 43,20% dengan dukungan internasional. Menurut Hanif, pencapaian target Nationally Determined Contribution (NDC) membutuhkan pendanaan masif: Rp400 triliun untuk sektor FOLU (Forestry and Other Land Use) dan Rp4.000 triliun untuk sektor energi.
Pasar karbon domestik telah dibuka sejak 2023, namun permintaan masih rendah. Pada 20 Januari 2025, Indonesia meluncurkan perdagangan karbon internasional. Dari 2,5 juta ton karbon dioksida ekuivalen (CO2e) yang ditawarkan, baru 1 juta ton yang terserap.
“Tentu ini menyentak kita semua, apa sebenarnya yang terjadi di sini, kemudian kami mencoba menelaah bersama-sama sambil menunggu kemudian diimplementasikan artikel 6 dari Paris Agreement tersebut telah berkembang cukup besar yang disebut dengan voluntary carbon market,” ucapnya.
Baca Juga:
- Jakpro Luncurkan Jakgreen, Dorong Transformasi Hijau Menuju Jakarta Nol Emisi
- Jakpro Luncurkan Jakgreen, Dorong Transformasi Hijau Menuju Jakarta Nol Emisi
- Bank Dunia: Kerusakan Alam Jadi Bom Waktu Ekonomi Global
Untuk memperkuat pasar karbon, KLH menyiapkan Mutual Recognised Arrangement (MRA) dengan berbagai skema global. Hingga kini, Indonesia telah bekerja sama dengan Gold Standard Foundation (GSF), Global Carbon Council, dan Plan Vivo, skema internasional yang fokus pada solusi berbasis alam serta mendukung petani kecil (smallholder).
“Mudah-mudahan dalam waktu tidak terlalu lama kegiatan operasionalnya bisa ditandatangani bersama dalam 1-2 minggu ke depan. Kami telah melakukan pendalaman dengan cukup sangat serius,” jelas Hanif.
Langkah ini penting untuk memperluas akses proyek karbon Indonesia ke pasar internasional, meningkatkan kredibilitas sertifikat karbon domestik, serta mempercepat pendanaan proyek iklim berkelanjutan.
Selain itu, KLH juga menyiapkan pasokan kredit karbon dari sektor biochar, limbah sawit (POME), hingga proyek BUMN seperti Pertamina NRE.
“MRA ini juga penting untuk menyederhanakan proses registrasi, menjamin kepercayaan investor, serta mempercepat pendanaan untuk proyek kehutanan dan iklim berkelanjutan. Kami harapkan dapat mampu memenuhi tuntutan global sebagai upaya bersama menurunkan emisi gas rumah kaca melalui sektor-sektor yang cukup sangat potensial. Dengan kerjasama ini kita mampu membangunkan integritas pasar karbon Indonesia,” tutup Hanif.