Hadapi 8.000 Ton Sampah Per Hari, Pemprov Banten dan KLH Gelar Rapat Koordinasi

JAKARTA, sustainlifetoday.com — Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten bersama Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) menggelar rapat koordinasi terkait penanganan sampah di wilayah Banten. Gubernur Banten, Andra Soni, menyoroti bahwa timbulan sampah di provinsi tersebut mencapai sekitar 8.000 ton per hari pada 2025.
“Timbulan sampah di Banten per hari sekitar 8.000 ton pada 2025, dan diperkirakan akan terus meningkat seiring pertumbuhan penduduk. Pertemuan ini menyatukan persepsi antara provinsi, pusat, dan kabupaten/kota yang punya persoalan masing-masing,” ucap Andra seusai pertemuan tertutup di Pendopo Gubernur Banten, Kota Serang, Jumat (12/9), dikutip dari Detik.
Andra menjelaskan bahwa wilayah Tangerang Raya diproyeksikan memiliki volume sampah terbesar dibandingkan daerah lain. Ia menekankan pentingnya pengelolaan sampah secara terpadu, bukan sekadar memindahkan masalah dari satu wilayah ke wilayah lain.
“Jadi yang kita bicarakan bukan soal memindahkan sampah, tapi bagaimana mengelolanya. Targetnya, pada 2029, semua kabupaten/kota bisa mengelola 100 persen sampahnya,” katanya.
Baca Juga:
- 5 Kota dan Kabupaten di Indonesia Raih Penghargaan Kota Berkelanjutan ASEAN
- ZONAEBT dan Zeroboard Kolaborasi Luncurkan Software Dekarbonisasi di Indonesia
- Warga RI Susah Cari Kerja, Menkeu Purbaya Ungkap Biang Keroknya
Namun, kondisi saat ini masih jauh dari ideal. Menurut Andra, sampah baru terkelola sekitar 13 persen, sementara 80 persen masih menggunakan sistem open dumping.
“Sekitar 80 persen masih menggunakan open dumping, bahkan sebagian besar tercecer di sungai dan lingkungan. Contohnya di Tanara, Kabupaten Serang, sungai penuh sampah,” ujarnya.
Ia berharap pertemuan lanjutan bersama pemerintah pusat akan menghasilkan terobosan nyata.
“Pertemuan berikutnya kita berharap bisa lebih maju, tidak lagi bicara hal-hal dasar. Saya berterima kasih karena ini menjadi semangat baru bagi kita,” ucap Andra.
Sementara itu, Sestama KLH, Rosa Vivien Ratnawati, menyebut setiap daerah di Banten memiliki tantangan yang berbeda dalam pengelolaan sampah.
“Tangerang Selatan dan Kabupaten Tangerang itu ribuan ton per hari, sehingga cocok dengan teknologi waste to energy (listrik). Sementara untuk daerah lain, bisa dengan sistem aglomerasi. Misalnya Cilegon dengan Kabupaten Serang dan Kota Serang, kemudian Kabupaten Lebak,” katanya.
Rosa menambahkan bahwa potensi pengolahan RDF di Cilegon bisa dioptimalkan melalui kerja sama lintas daerah.
“Tadi saya dengar Cilegon punya kapasitas menampung 8.000 ton untuk RDF, padahal sampahnya hanya 200 ton. Artinya, perlu digabung dengan daerah sekitarnya,” ujarnya.