Forum QHSE BUMN Konstruksi Ajak Mahasiswa UI Pahami ESG dan Keberlanjutan
Jakarta, sustainlifetoday.com — Tren keberlanjutan kini tak hanya menjadi fokus industri, tetapi juga mulai merambah dunia pendidikan. Upaya ini tercermin dari inisiatif Forum QHSE BUMN Konstruksi yang memperkenalkan konsep QHSE (Quality, Health, Safety, Environment), ESG (Environmental, Social, and Governance), dan sustainability kepada mahasiswa melalui kegiatan di Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Indonesia, Selasa (28/10) lalu.
Kegiatan ini terselenggara berkat kolaborasi antara Forum QHSE BUMN Konstruksi, Korean International Cooperation Agency (KOICA), dan FIB UI, dengan tujuan memperluas pemahaman generasi muda terhadap penerapan keberlanjutan dalam berbagai sektor, termasuk konstruksi dan pelestarian budaya.

Pada sesi pertama, Pradana Anugrah Sejati dari Forum QHSE BUMN Konstruksi berbagi pengalaman terkait penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK), ESG, dan praktik keberlanjutan di PT Brantas Abipraya tempatnya bekerja.
Ia memaparkan aspek regulasi terkait HSE dan ESG di Abipraya, kerangka kerja dan peta jalan ESG, sasaran, hingga operasional di lapangan, termasuk berbagai inovasi keberlanjutan yang dilakukan perusahaan.
Baca Juga:
- Bahlil Laporan ke Prabowo: Program Listrik Desa Selesai 2030, Transisi Energi Bersih Lancar
- Siklon Kalmaegi Sebabkan Hujan Lebat di Berbagai Wilayah, BMKG Minta Warga Waspada
- Eddy Soeparno: Pemerintahan Prabowo Dorong Lompatan Besar Energi Bersih di ASEAN
Sesi berikutnya menghadirkan Prof. Cecep Eka Permana, Kepala Departemen Arkeologi FIB UI, yang menyoroti keterkaitan antara dunia konstruksi dan pelestarian cagar budaya. Ia mencontohkan proyek Mass Rapid Transit (MRT) fase 2, yang menemukan banyak peninggalan arkeologi di bawah tanah.
“Kedepannya akan lebih banyak lagi peninggalan arkeologi yang akan ditemukan mengingat jalur MRT fase 2 berada di atas kawasan yang dahulunya merupakan kota Batavia lama (Oud Batavia). Kiranya penting dilakukan kerjasama antara dunia konstruksi dengan dunia arkeologi Indonesia,” kata Prof Cecep.
Prof Cecep juga menekankan bahwa sektor cagar budaya sejatinya telah menerapkan prinsip ESG dan keberlanjutan. Ia mencontohkan situs Muara Jambi, yang sudah menerapkan transportasi bebas BBM dan penggunaan energi baru terbarukan (EBT) sebagai bagian dari upaya konservasi berkelanjutan.
Sesi terakhir diisi oleh Subkhan, Ketua Umum Forum QHSE BUMN Konstruksi, yang menjelaskan pentingnya penerapan QHSE, ESG, dan sustainability secara menyeluruh dan konsisten dalam bisnis konstruksi.
“Tak sekadar mengurangi emisi karbon, tapi juga bisa menghemat biaya operasional yang luar biasa besarnya. Juga akan berdampak positif terhadap pekerja, masyarakat, lingkungan, dan sebagainya,” kata Subkhan.
Kegiatan ini turut dihadiri oleh perwakilan sejumlah BUMN konstruksi, seperti Waskita Karya, Brantas Abipraya, Wijaya Karya, Adhi Karya, Perum Perumnas, dan KAI Properti, serta puluhan mahasiswa FIB UI.
Melalui kegiatan ini, Forum QHSE BUMN Konstruksi berharap dunia pendidikan dapat menjadi bagian dari ekosistem keberlanjutan nasional, membentuk generasi muda yang tidak hanya paham nilai ESG, tetapi juga siap menerapkannya dalam berbagai bidang kehidupan.
