Ekowisata Jadi Pijakan Utama Pengelolaan Wisata Alam Indonesia

Jakarta, sustainlifetoday.com – Dalam upaya memperkuat keseimbangan antara pelestarian alam dan pengembangan pariwisata, Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni bersama Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana menegaskan pentingnya menjadikan ekowisata sebagai pijakan utama pengelolaan wisata alam di Indonesia.
Keduanya bertemu dalam agenda koordinasi lintas kementerian yang menghasilkan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) sebagai dasar kolaborasi berkelanjutan. Kerja sama ini akan menyasar peningkatan standar keselamatan wisata, konservasi keanekaragaman hayati, serta penguatan edukasi di destinasi alam.
“Tren wisata alam yang meningkat saat ini memang menggembirakan. Namun, kita tidak bisa hanya mengandalkan semangat FOMO. Wisata alam harus mengandung nilai edukasi dan kultural. Kita cari titik temu antara konservasi dan pariwisata yang bertanggung jawab,” ujar Raja Juli dalam keterangannya dilansir, Rabu (30/7).
Pernyataan ini sekaligus menjadi respons terhadap insiden pendakian di Gunung Rinjani yang kembali memicu diskusi soal pengelolaan risiko dan kapasitas daya dukung kawasan konservasi.
Raja Juli mendorong pembenahan menyeluruh melalui penerapan sistem kuota, klasifikasi jalur pendakian berdasarkan tingkat kesulitan, serta penyusunan SOP yang ketat untuk keselamatan dan keberlanjutan ekosistem.
Baca Juga:
- Afghanistan Minta Dilibatkan dalam COP30, Taliban: Kami Korban Krisis Iklim
- Hari Harimau Internasional 2025, Refleksi Bersama untuk Menjaga Ekosistem
- AHY: Kereta Api Berperan Capai Target Nol Emisi Nasional 2060
Widiyanti Putri Wardhana sepakat bahwa keselamatan pengunjung harus menjadi prioritas dalam pengembangan wisata alam.
“Insiden di Rinjani menjadi pengingat bagi kita semua bahwa intervensi lintas sektor diperlukan. Kita akan bentuk tim kerja bersama untuk peningkatan standar keselamatan di destinasi wisata alam,” ungkapnya.
Ia juga menekankan bahwa konservasi dan pariwisata tidak bisa dipisahkan, terutama dalam konteks pembangunan jangka panjang yang berkelanjutan.
“Wisata yang berkelanjutan tidak mungkin terwujud tanpa perlindungan terhadap alam. Sinergi ini sangat penting untuk masa depan pariwisata Indonesia,” tambah Widiyanti.
Dalam pertemuan tersebut, turut dibahas pula rencana pemanfaatan hibah dari Zayed Foundation (Uni Emirat Arab) senilai USD 4,7 juta atau sekitar Rp76,9 miliar. Dana tersebut akan difokuskan untuk mendukung konservasi komodo dan pengembangan wisata alam yang berpijak pada prinsip pelestarian lingkungan di kawasan sekitarnya.
Kolaborasi lintas sektor ini menandai komitmen pemerintah dalam menata ulang arah wisata alam Indonesia, bukan sekadar destinasi instagenik, tetapi ruang belajar yang lestari, aman, dan bermakna.