Indonesia Tegaskan Kepemimpinan Transisi Energi di Forum COP30 Belem
Jakarta, sustainlifetoday.com — Indonesia menegaskan kepemimpinannya dalam membangun transisi energi yang adil, transparan, dan berpihak pada masyarakat di forum COP30 Belém.
Utusan Khusus Presiden Republik Indonesia Bidang Iklim dan Energi, Hashim S. Djojohadikusumo, menyampaikan bahwa Indonesia telah menghentikan investasi pembangkit batu bara baru sejak 2023, mempercepat penghentian pembangkit lama, serta memperluas energi surya, angin, dan hidrogen hijau.
“Kami telah menghentikan investasi pembangkit batu bara baru sejak 2023, mempercepat penghentian pembangkit lama, dan memperluas energi surya, angin, serta hidrogen hijau. Transisi ini harus menjadi jalan bersama, bukan hanya milik segelintir pihak,” ujar Hashim.
Indonesia juga mendukung target global untuk melipatgandakan kapasitas energi terbarukan dan menggandakan efisiensi energi pada 2030, sejalan dengan seruan Sekretaris Jenderal PBB António Guterres.
“Energi bersih kini menjadi sumber energi termurah dalam sejarah. Yang kita butuhkan hanyalah keberanian politik untuk meninggalkan bahan bakar fosil,” kata Guterres.
Pemerintah memperkuat sistem pembiayaan iklim dengan pasar karbon domestik senilai USD 7,7 miliar per tahun dan skema blended finance yang diproyeksikan mencapai USD 1,5 miliar pada 2028. Sistem Measurement, Reporting, and Verification (MRV) kini mencakup 93% emisi nasional, menjadikan Indonesia salah satu negara berkembang paling transparan dalam pelaporan iklim.
Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq menegaskan pentingnya inklusivitas dalam transisi energi.
“Transisi energi hanya akan berhasil bila inklusif. Perempuan, pemuda, dan pelaku usaha kecil harus menjadi bagian dari perubahan ini,” tegas Hanif.
Presiden Brasil Lula da Silva, selaku tuan rumah COP30, menambahkan bahwa dunia membutuhkan model pembangunan baru yang adil dan rendah karbon.
Baca Juga:
- Raja Juli Targetkan Pengakuan 1,4 Juta Hektare Hutan Adat hingga 2029
- Forum QHSE BUMN Konstruksi Ajak Mahasiswa UI Pahami ESG dan Keberlanjutan
- Pemerintah Pulihkan Habitat Gajah Sumatera yang Rusak akibat Perambahan Sawit
“Kita perlu model pembangunan baru yang lebih adil, tangguh, dan rendah karbon. Manusia, seperti dikatakan suku Yanomami, memikul langit agar tidak jatuh ke bumi,” ujarnya.
Menutup pertemuan, Sekretaris Jenderal António Guterres menegaskan urgensi aksi global terhadap krisis iklim.
“Tidak ada yang bisa menawar hukum fisika. Kita harus memilih: memimpin atau menuju kehancuran,” kata Guterres.
Indonesia menjawab seruan dunia dengan kebijakan konkret dan aksi nyata, menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi dan tanggung jawab iklim dapat berjalan seiring.
