Respon Sikap SPBU Swasta, Pertamina: Campuran Etanol di BBM Bantu Kurangi Emisi

JAKARTA, sustainlifetoday.com — PT Pertamina Patra Niaga menegaskan penggunaan etanol dalam bahan bakar minyak (BBM) merupakan praktik terbaik (best practice) yang telah diterapkan secara internasional untuk menekan emisi karbon, meningkatkan kualitas udara, sekaligus mendukung transisi energi berkelanjutan.
“Penggunaan etanol dalam BBM bukan hal baru, melainkan praktik yang sudah mapan secara global,” ujar Pj. Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Roberth MV Dumatubun, dilansir dari ANTARA, Jumat (3/10).
Menurutnya, implementasi etanol terbukti mampu mengurangi emisi gas buang, menekan ketergantungan pada bahan bakar fosil murni, serta mendukung perekonomian masyarakat lokal melalui pemanfaatan bahan baku pertanian. Etanol sendiri berasal dari tumbuhan seperti tebu atau jagung, sehingga lebih ramah lingkungan dibandingkan bahan bakar fosil murni.
“Dengan mencampurkan etanol ke dalam BBM, emisi gas buang kendaraan bisa berkurang sehingga kualitas udara lebih baik,” tambahnya.
Roberth juga mencontohkan sejumlah negara yang sudah menerapkan standar campuran etanol. Amerika Serikat, melalui program Renewable Fuel Standard (RFS), mewajibkan pencampuran etanol ke dalam bensin dengan kadar umum E10 (10 persen etanol) hingga E85 untuk kendaraan fleksibel. Brasil bahkan menjadi pelopor penggunaan etanol berbasis tebu dengan implementasi skala nasional hingga mencapai E27 (27 persen etanol).
Baca Juga:
- Menhut: Masyarakat Adat adalah Penjaga Hutan Terbaik
- KLH Tuntut Dua Perusahaan atas Cemaran Radioaktif Cesium-137 di Cikande
- Studi: Pemanis Rendah Kalori Bisa Percepat Penuaan Otak
Di Uni Eropa, kebijakan Renewable Energy Directive (RED II) mendorong adopsi etanol, dengan E10 kini menjadi standar di banyak negara seperti Prancis, Jerman, dan Inggris. Sementara itu, India menargetkan pencampuran etanol hingga 20 persen (E20) pada 2030 sebagai bagian dari roadmap menuju transportasi rendah karbon sekaligus mendukung petani tebu.
“Pertamina Patra Niaga berkomitmen untuk terus mendukung kebijakan pemerintah dalam menurunkan emisi karbon sesuai target Net Zero Emission 2060,” kata Roberth.
Ia menegaskan kehadiran BBM dengan campuran etanol menjadi bukti nyata kesiapan Indonesia mengikuti praktik terbaik internasional demi masa depan yang lebih hijau.
Pernyataan tersebut merespons polemik terkait PT Vivo Energy Indonesia (Vivo) yang batal membeli base fuel dari Pertamina karena hasil uji laboratorium menunjukkan kandungan etanol sekitar 3,5 persen. Padahal, Vivo sebelumnya sudah menyepakati untuk membeli 40 ribu barel dari 100 ribu barel base fuel yang diimpor Pertamina.