KLH Ajak Tokoh Agama dan Masyarakat Perkuat Gerakan Perlindungan Lingkungan

JAKARTA, sustainlifetoday.com — Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) menegaskan pentingnya kolaborasi lintas peran antara pemerintah, tokoh agama, dan masyarakat dalam menjaga kelestarian bumi.
Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq menekankan bahwa krisis lingkungan kini bukan hanya isu ekologi, melainkan juga krisis kemanusiaan yang berdampak nyata terhadap kesehatan dan kehidupan masyarakat.
“Kami tidak bisa bekerja sendiri. Kepemimpinan dan masukan dari tokoh agama serta masyarakat sangat dibutuhkan agar gerakan perlindungan lingkungan lebih berdampak luas,” ujarnya dalam keterangan, Selasa (23/9).
Hanif menilai tokoh agama, adat, dan masyarakat memiliki peran moral sekaligus sosial yang sangat strategis. Dengan pengaruh tersebut, mereka bisa menjadi motor perubahan perilaku masyarakat menuju pola hidup yang lebih ramah lingkungan.
Menurutnya, kolaborasi lintas peran akan memperkuat langkah pemerintah dalam menghadapi krisis lingkungan sekaligus memastikan keberlanjutan bagi generasi mendatang.
Baca Juga:
- Tito Karnavian: Privilege Ekologi Indonesia Harus Dioptimalkan untuk Pertanian Berkelanjutan
- Ekonomi Global Tidak Stabil, Pemerintah Malaysia Justru Turunkan Harga BBM
- Laporan WEF: Krisis Iklim Bisa Bikin Dunia Rugi Rp23.000 Triliun!
Kondisi ini semakin mendesak mengingat tantangan serius yang dihadapi Indonesia. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) 2024 memang mencatat skor 73,53 atau tergolong cukup baik, namun masih ada 150 daerah yang nilainya di bawah 65.
Masalah pengelolaan sampah juga menjadi sorotan. Dari total 56,63 juta ton sampah per tahun, sekitar 34,54 juta ton di antaranya belum terkelola dengan baik. Lebih dari 343 kabupaten/kota masih melakukan praktik pembuangan terbuka.
Selain itu, deforestasi tahun 2023 tercatat mencapai 175.000 hektare, sementara emisi gas rumah kaca pada 2022 sudah menembus 1,8 miliar ton karbon dioksida ekuivalen (CO2e).
Hanif menegaskan, kerja sama erat antara pemerintah, tokoh agama, dan masyarakat akan menjadi langkah penting untuk membalikkan tren ini dan membangun gerakan kolektif perlindungan lingkungan.