Sampah Jadi Sorotan Usai Banjir Bali, BWS: Masyarakat Harus Berubah

JAKARTA, sustainlifetoday.com — Banjir yang melanda Bali pada Rabu (10/9) kembali menyingkap persoalan klasik, yaitu sampah yang menumpuk. Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali–Nusa Penida menyebut, sejumlah titik terutama di jembatan Tukad Badung hingga Pasar Badung dan Pasar Kumbasari dipenuhi tumpukan sampah usai banjir.
Kepala BWS Bali–Nusa Penida, Gunawan Suntoro, menjelaskan sebagian besar sampah berasal dari tumbuhan yang terbawa arus deras.
“Itu sampah-sampah terkait kayu yang ada berada di pinggir sungai, tergerus seperti bambu yang mudah tergerus (sehingga) menyumbat di jembatan, kemudian ada sampah-sampah lain itu yang membuat air meluap,” katanya dalam rapat pansus DPRD Bali tentang Penegakan Peraturan Daerah Terkait Tata Ruang dan Perizinan di Gedung DPRD Bali, Rabu (17/9).
Namun, persoalan tidak berhenti pada ranting dan batang kayu. Gunawan menyebut, banyak juga sampah plastik serta perabot rumah tangga yang ikut hanyut, diduga akibat perilaku masyarakat yang masih membuang sampah sembarangan atau rumah warga yang tergerus banjir.
Baca Juga:
- Polusi Jakarta Makin Buruk, KLH Desak Percepatan BBM Ramah Lingkungan
- Menteri HAM Usulkan Kantor Pemerintah Sediakan Tempat Khusus untuk Demo
- BTN Target Nol Emisi dari Pembiayaan 2060, Fokus pada Rumah Rendah Emisi
“Sampah-sampah yang lain ini mungkin karena di atas, saya kurang tahu, apa perilaku masyarakat yang membuang atau saat banjir rumahnya tergerus sehingga banyak kasur, sofa di sana tapi memang sampah plastik banyak,” ungkapnya.
Tanpa perubahan perilaku masyarakat dan pengelolaan lingkungan yang lebih baik, banjir bukan hanya mengancam keselamatan warga, tetapi juga keberlanjutan pariwisata Bali.