Serikat Pekerja Angkutan Indonesia hingga Koalisi Ojol Kutuk Tragedi Ojol Tewas Terlindas Rantis Brimob

Jakarta, sustainlifetoday.com — Gelombang kecaman terhadap tindakan represif aparat kepolisian dalam demonstrasi di sekitar Gedung DPR RI, Kamis (28/8), semakin meluas. Serikat Pekerja Angkutan Indonesia (SPAI) dan Presidium Koalisi Ojol Nasional (KON) sama-sama mengutuk keras tragedi meninggalnya Affan Kurniawan, seorang pengemudi ojek online (ojol) yang tewas setelah terlindas kendaraan taktis Brimob di kawasan Pejompongan, Jakarta.
Dalam pernyataan resminya, Ketua SPAI Lily Pujiati menuntut Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menghentikan tindakan represif aparat serta bertanggung jawab penuh atas jatuhnya korban jiwa dan luka-luka.
“Kami menuntut segera dihentikannya tindakan represif agar tidak ada lagi yang jatuh korban. Kapolri harus bertanggung jawab atas tragedi ini,” tegas Lily.
SPAI juga menyerukan seluruh pengemudi ojol untuk bersatu mengawal kasus ini hingga tuntas serta mengajak masyarakat luas memantau proses hukum agar transparan.
Baca Juga:
- Muhammadiyah Dukung DPR Perjuangkan RUU Perubahan Iklim
- BRIN Dorong Energi Nuklir Jadi Pilihan Transisi Energi Indonesia
- Demo 25 Agustus di DPR Hasilkan 18,72 Ton Sampah
Sikap senada datang dari Koalisi Ojol Nasional. Dalam surat terbuka yang ditujukan langsung kepada Kapolri, Ketua Presidium KON Andi Kristiyanto menyatakan seluruh komunitas ojol di Indonesia berduka atas wafatnya Affan. “Kami ikut berbelasungkawa atas kejadian wafatnya rekan ojol tersebut. Saat ini seluruh ojol se-Indonesia berduka atas wafatnya Afan Kurniawan akibat tindakan keji dan tidak berperikemanusiaan oleh anggota Brimob Polri,” tulis Andi.
Koalisi Ojol Nasional juga menyampaikan sejumlah tuntutan tegas:
- Mengutuk keras tragedi berdarah yang diduga akibat kelalaian pengendara kendaraan Barakuda Brimob.
- Mendesak Kapolri untuk mengusut tuntas peristiwa yang menewaskan Affan Kurniawan.
- Mendesak pemecatan dan penghukuman seberat-beratnya bagi anggota Brimob yang mengendarai rantis tersebut.
- Memastikan kejadian serupa tidak terulang dalam setiap pengamanan aksi masyarakat di masa depan.
- Kronologi dan Respons Publik
Insiden terjadi saat aparat menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa di depan Gedung DPR. Affan, yang saat itu berada di kawasan Pejompongan, tertabrak dan terlindas kendaraan taktis Brimob hingga akhirnya meninggal dunia di RSCM. Video amatir yang beredar memperlihatkan detik-detik mengerikan tersebut dan langsung memicu kemarahan publik.
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo telah menyampaikan permintaan maaf terbuka kepada keluarga korban dan komunitas ojol, serta berjanji melakukan investigasi internal. Tujuh personel Brimob yang berada di dalam kendaraan saat kejadian telah diperiksa Propam. “Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya dan memastikan proses evaluasi berjalan transparan,” ujar Kapolri.
Pihak Gojek melalui induk usahanya, GoTo, juga menyampaikan duka mendalam kepada keluarga Affan dan mendesak penegakan hukum yang adil. Sementara itu, sejumlah organisasi masyarakat sipil menilai insiden ini mencerminkan lemahnya standar operasional pengamanan aksi dan mendesak perbaikan struktural dalam tubuh kepolisian.
Seruan Solidaritas
Baik SPAI maupun KON menyerukan agar seluruh pengemudi ojol menjaga solidaritas, tetap kompak, dan mengawal kasus hingga tuntas. “Ini bukan sekadar kehilangan satu nyawa, melainkan peringatan bagi seluruh bangsa bahwa demokrasi kita terancam bila suara rakyat dijawab dengan peluru gas dan kendaraan taktis,” ujar Lily Pujiati.
Gelombang aksi solidaritas dilaporkan mulai muncul di sejumlah daerah, dengan komunitas ojol menyalakan lilin dan menggalang doa untuk Affan Kurniawan. Publik kini menunggu konsistensi aparat penegak hukum dalam menuntaskan kasus ini serta memastikan tragedi serupa tak lagi menodai ruang demokrasi di Indonesia.